Judul Buku : Seri
Parenting Ideologis Strategi Mendidik Anak Zaman Now, Berpikir Konsep,
Metode, Uslub, dan Sarana
Penulis : Yanti
Tanjung
Penerbit : Al
Azhar Fresh Zone
Tahun Terbit: 2018
Cetakan : Pertama
Tebal : 248 halaman
Buku pendidikan anak menjadi salah satu buku yang
paling diminati saat ini. Mengingat tantangan orang tua mendidik anak di zaman
teknologi canggih cukup berat.
Sebagai penggiat home schooling, penulis merasa ikut
bertanggung jawab untuk berbagi ilmu dan pengalaman beliau pada orang banyak.
Maka lahirnya buku Seri Parenting Ideologis, yang mana buku Strategi Mendidik
Anak Zaman Now ini menjadi seri ketiga melengkapi dua buku sebelumnya.
Hal paling menonjol di era digital saat ini adalah
kecanggihan sarana komunikasi berbentuk HP, sosial media, dan internet.
Kemajuan teknologi di bawah sistem politik kapitalisme ternyata tak hanya
membawa manfaat semata melainkan juga mudharat.
Sebab kebebasan ala kapitalis liberal memunculkan
konten – konten berbahaya seperti pornografi, games tak mendidik dan konten
merusak lainnya.
Untuk itu menurut penulis, dalam mendidik anak orang
tua harus serius. Diawali dari menentukan gambaran output pendidikan yang
hendak diwujudkan. Sebagai muslim, selayaknya orang tua berkeinginan menyiapkan
anak – anak sebagai generasi yang tangguh.
Cirinya yaitu, punya kepribadian Islam yang baik,
menjadi ulama yang ilmuwan dan ilmuwan yang ulama, mampu menjadi pemimpin yang
paham politik, hukum dan jihad, menjadi pewaris dakwah dan bagian dari
peradaban Islam. Penjelasan mengenai poin – poin tersebut ada dalam buku.
Selanjutnya orangtua harus memahami mengenai fikrah
(pemikiran), thariqah (metode), uslub (strategi dan teknis) dan sarana dalam
mendidik. Mengenai fikrah dan thariqah menurut beliau harus bersumber
sepenuhnya dari Islam.
Sebab Islam telah menjelaskan konsep dan metode
mendidik anak yang bersifat baku. Uslub dan saranalah yang boleh berubah – ubah
mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini gadget mencakup dalam sarana.
Artinya boleh dipakai, bisa juga tidak.
Penulis sependapat dengan psikolog, Ibu Elly Risman,
bahwa tak seharusnya orangtua berpikir kaku tentang gadget. Khawatir hingga
melarang anak menggunakan gadget sama sekali. Atau membebaskan anak pakai
gadget dengan alasan mengikuti perkembangan zaman.
Yang tepat adalah orangtua harus melihat kondisi,
kapan waktu yang tepat bagi anak menggunakan gadget sebagai sarana belajar.
Orangtua harus cerdas memilihkan konten yang bermanfaat bagi anak.
Akidah, tsaqafah, fikih, sirah, tafsir dan lain-lain
serta bahasa arab (hafalan qur’an dll) menjadi menu utama yang harus diberi
pada ada sejak usia dini. Metode belajar dijalankan sesuai usia belajar anak
yang dibagi menjadi tiga.
Usia 0-6 tahun yang disebut pendidikan usia dini. 7-10
tahun disebut sebagai pendidikan pra baligh. 10 sampai 14 tahun adalah jenjang
pendidikan usia baligh. Pendidikan usia
dini sebaiknya sepenuhnya dalam bimbingan orangtua.
Namun bila dibutuhkan usia 4-6 tahun anak bisa
diikutkan belajar di lingkungan luar, semacam play grup gitu kali ya. Jenjang
pendidikan selanjutnya dilakukan orangtua dengan bantuan sekolah, tetap
dipastikan sekolah tersebut berbasis akidah Islam.
Penekanan penulis lebih kepada aspek fikrah. Silahkan
disesuaikan berbagai strategi, teknik dan sarana yang menunjang efektifitas
belajar anak. Hingga penanaman Islam maksimal dilakukan pada anak. Contoh
strategi dan teknik dalam bentuk penyusunan silabus pelajaran diberikan dalam
buku ini.
Sesungguhnya dalam
mendidik anak dan memilihkan sekolah bagi ananda tidak dilihat dari
seberapa besar tantangan yang dihadapi sehingga dia survive terhadap
keberagaman zaman, tapi dipandang dari sisi sejauh mana pendidikan yang kita
berikan ke anak sesuai dengan konsep pendidikan Islam sehingga ananda memiliki
kepribadian Islam yang tangguh. (Hal. 57)
Setelah anak baligh dan pribadi Islam dipandang telah
cukup dimiliki anak, anak baru boleh belajar mengenai tsaqafah asing seperti
demokrasi, kapitalisme dan lain – lain.
Buku ini kurang menjelaskan mengenai lika – liku
tantangan orang tua menghadapi anak yang sejak kecil terlanjur mengenal gadget.
Orangtua sendiri kan akrab ya dengan hp. Tentu tak bisa dihindari bagi anak
mengenal gadget di usia dini.
Kalaupun ada bahasan seputar pengaruh gadget pada
anak, itu ada di sub bab berjudul “Menghadapi Anak Yang Ngeyel”. Secara ringkas
disebutkan, bila anak remaja anda bersikap keras kepala, susah diatur yang
salah satu sebabnya karena ia ingin dibelikan gadget seperti temannya, maka
bangunlah komunikasi menyenangkan dengan anak.
Ciptakan komunikasi rasa akidah dengan anak yang penuh
dengan kesabaran. Jika anak tetap membangkang, katakan padanya, “Nak, jika tetap tidak mau menuruti nasehat
bunda, jika kakak sudah tidak taat lagi pada Allah, saksikanlah bahwa bunda
sudah menyampaikan hukum–hukum Allah pada kakak dan sudah menasehati kakak
dalam agama, kelak jangan tuntut bunda di akhirat karena bunda tidak akan
sanggup berhadapan dengan kakak di Yaumil Hisab.” (Hal. 216).
Urusan mendidik anak adalah urusan yang kompleks. Maka
diantara banyaknya referensi yang kita butuhkan dalam menunjang upaya
pendidikan anak, buku ini bolehlah sebagai salah satu bacaan kita.
0 Comments
Post a Comment