Tetiba
peringatan hari guru, saya terkenang dengan seorang guru. Namanya ibu Aisyah.
Beliau guru saya di kelas 1 SD. Saat itu beliau sebenarnya sudah lebih cocok
saya panggil nenek. Usia beliau sudah 60 tahun lebih. Jelang pensiun. Meski
begitu tetap dipanggil ibu guru.
Sebenarnya
saya masuk SD di usia yang cukup, yaitu tujuh tahun. Namun tingkah saya kayak
anak balita. Masih suka pecicilan. Padahal lagi ada bu Aisyah di ruang kelas
waktu itu. Tapi saya tak peduli, main di kelas. Pukul – pukul meja dan
berlarian. Apa reaksi bu Aisyah?
Beliau
santai menghadapi saya. Beliau tidak memarahi saya. Hanya menegur dengan halus.
Suara beliau lembut dan mudah senyum. Kami murid beliau merasa nyaman diajar
beliau.
Tak
sampai setahun seingat saya beliau mengajar, lalu pensiun. Terputus kabar
tentang beliau. Dengan hitung – hitungan manusia, hari ini sekitar 27 tahun
telah berlalu. Beliau mungkin sudah menghadap Allah swt. Semoga amal salihmu
diterima Allah swt buk. Terima kasih atas kasih sayang dan ilmu yang engkau
berikan pada kami murid – muridmu.
Selain
itu, ku merasakan jasa banyak guru dalam hidupku. Jasa nabi yang mulia, sebagai
guru pertama bagi umatnya, mengajarkan cara hidup yang benar melalui wahyu
Allah swt. Jasa guru – guruku di sekolah formal.
Yang
melekat kuat dalam ingatan, ibu Aisya, Ibu Fatmawati, Ibu Normawati yang
ketiganya guru SDku. Pak Hasan, guru SMP-ku. Ibu Sulastri dan Bapak Awaluddin,
guru SMK-ku. Da guru – guru lainnya, terima kasih banyak atas jasa kalian.
Semoga Allah swt membalas dengan kebaikan. Aamiin.
Ada
lagi guru kehidupanku. Guru yang mengenalkan cara hidup Islam padaku. Yang
pertama kali mengajakku berhijrah, bu Mira. Yang menempa di awal perjalanan
hijrah, bu Rika. Yang menguatkan dalam berhijrah, bu Lia dan bu Eki. Serta guru
– guru kehidupanku yang lainnya. Kalian telah melakukan suatu amal jariyah,
dimana insya allah pahala amal kalian takkan terputus tersebab apa yang kalian
ajarkan kuamalkan dan ku ajarkan pada yang lain. Semoga hidup kalian berkah
berujung surga. Aamiin.
Dimata
Allah swt, jasa guru yang ikhlas dan bersungguh – sungguh mengajarkan ilmunya
insya allah bernilai tinggi. Namun dimata manusia tidak selalu demikian. Nasib
guru – guru honorer misalnya, masih menyedihkan. Disaat gaji para direktur
utama BPJS ratusan juta perbulan, gaji petinggi BUMN milyaran perbulan, guru
honorer bergaji tak sampai satu juta. Apalagi guru honorer di pedalaman,
seringnya malah tak gajian.
Padahal
para pejabat itu bisa berilmu karena jasa para guru. Selayaknya jasa para guru
dinilai tinggi oleh pemerintah. Sejahterakan hidup para guru. Karena untuk bisa
tetap bertahan hidup mereka butuh biaya.
Mereka
juga punya keluarga yang harus dibiayai. Jangan ada pengelompokan guru sertifikasi
dan guru honorer. Karena mereka sama – sama mengajar. Sama ratakan kedudukan
dan penghargaan pada semua guru. Pandailah menghargai jasa guru, agar hatimu
tidak keras dan Allah ridha terhadapmu.
0 Comments
Post a Comment