Lama
tak datang ke praktek kesehatan dokter Aznan Lelo sang Profesor ahli farmasi yang
terkenal di Medan itu. Kali ini aku dan suami datang untuk keperluan ikhtiar
memiliki anak. Suasana di tempat itu lebih ramai dari pada waktu beberapa tahun
lalu kami datang ke sana.
Model
registrasinya juga udah beda. Kalau dulu, saat datang bisa langsung registrasi
untuk berobat hari itu juga. Meski menunggu lama tak mengapa, tetap dapat
pelayanan. Kali ini, kita yang datang hari ini harus mendaftar untuk berobat esok
hari. Memaksa ingin berobat hari itu juga, tak diperkenankan.
Para
calo antrian masih ada. Bahkan kini jumlahnya lebih banyak. Sekitar enam orang.
Setiap harinya mereka akan menawarkan jasa potong antrian pada calon pasien
yang kira kira mau cepat. Upahnya sekian.
Mereka
juga merangkap jaga parkir. Para pemarkir dikenakan biaya 2 rb rupiah. Saat itu
aku sempat kesal dengan aksi mereka. Aku berkata: "Enak ya dapat banyak.
Udah dapat di dalam, dapat lagi di luar."
Jawabnya,
"Alah kak, yang penting kami kan nggak ganggu orang."
Yaaah,
ganggu dong itu namanya. Kita capek capek ngantri, lah dia main nyelonong aja
bawa nama seseorang yang bakal dilayani lebih cepat dari kita. Padahal, bagi
anak anak atau yang memang butuh cepat karena keadaannya cukup parah, bakal
dilayani lebih cepat kok.
Jadi
nggak butuh jasa calo lagi. Eh, kok jadi panjang ya cerita tentang calo. Hehe.
Habis kesal sih. Di pikir pikir lagi ya harus berusaha memaklumi mereka. Sebab
cari kerja memang susah. Masih mending mereka tawarkan suatu jasa. Di sekitar
rumahku, preman minta duit tanpa nawarin jasa apapun.
Baiklah
aku bakal cerita hal lainnya. Seperti biasa, dimana ada emak emak berkumpul,
disitu ada gosip. Hehe. Baik gosip sehat maupun tak sehat. Gosip sehat itu
maksudku adalah gosipin ide. Kalau gosip tak sehat adalah gosip tentang
keburukan orang lain
Saat
itu, gosip yang nyampek ke telingaku adalah gosip sehat. Gosipin tentang
kesehatan mereka. Ada yang bilang, "Buya bilang udah nggak boleh makan
ayam potong lagi".
Buya
itu panggilan pasien untuk dr. Aznan Lelo.
"Suamiku
sakit penyumbatan di jantung. Sama buya disuruh jangan makan nasi. Makan sayur
dan buah buahan aja. Makan ubi la gantinya. Alhamdulillah udah gak sesak
lagi."
Seorang
ibu hamil bilang, "Aku lagi kontrol ini. Dulu sebelum hamil aku ke sini. Aku
disuruh beli madu, bipolen dan royal jeli. Belinya disini. Harganya 400 rb
semua. Alhamdulillah hamil".
"Anakku
penyempitan jantung juga. Epilepsi juga. Kejang - kejang dia. Berobat sama buya
disuruh jangan makan ayam potong. Tapi anakku ni mana mau dibilangin. Nggak mau
dia makan kalau nggak pakek ayam. Kemaren udah agak lumayan dia. Sekarang lemas
lagi".
Pemuda
yang sakit epilepsi itu bilang, "Aku sakit sejak sering main game la
buk."
"Oh
ku pikir dari kecil", jawab seorang ibu.
Aku
pun bertanya sama pemuda itu, "Kekmana kali rupanya main gamenya?"
"Aku
main game pulang kerja, malam. Dari malam sampek pagi. Nggak makan dulu
aku."
"Berapa
lama kayak gitu?” tanyaku.
"Ada
tiga tahun aku kayak gitu".
Ya
elah, tepok jidat
Daya
kendali nafsu main game pada sebagian anak dan remaja lemah ya. Sehingga
bukannya memanfaatkan smart phone untuk hal hal positif malah buat penyakit.
Beberapa anak diantaranya di Bogor sampai masuk rumah sakit jiwa gara gara
kecanduan smart phone. Miris ya. Bisa dikatakan orangtua juga bertanggung jawab
atas fenomenya mengerikan ini.
Alhasil
aku berpikir, meski para pasien itu kebanyakan pengguna bpjs, toh berobatnya ke
dokter yang nggak melayani pasien bpjs. Bukan berarti lantas bayarnya mahal ya.
Buya aznan lelo memahami kalau dokter itu wajib menolong sesama. Maka beliau
nggak menetapkan tarif berobat. Bayar seikhlas hati. Resep pun dipilihkan obat
generik yang harganya terjangkau.
Jenis
penyakit pasien yang berobat ke praktek buya bermacam macam. Dari yang remeh
temeh seperti demam, hingga yang parah kayak tumor dan lain lain. Mau progam
hamil juga bisa. Dipandu dengan cara cara Islami. Buya memang luar biasa.
Semoga Allah swt membalas semua kebaikan beliau. Dan beliau kelak bertempat di
surgaNya aamiin.
Fakta
ini juga bikin ku miris sama pemimpin kita. Pemimpin kita senantiasa berbisnis
dengan kita rakyatnya. Khas sekali pemimpin kapitalis. Bukan melayani tapi cari
untung. Bukan memberi yang terbaik tapi asal. Sehingga kita butuh dengan orang
orang baik seperti buya Aznan. Yaah doaku semoga pemimpin kita bertobat dan
kembali pada ajaran Islam secara kaffah. Sehingga rakyat tak lagi dizhalimi.
Aamiin
0 Comments
Post a Comment