Monday, September 02, 2019

Kecerdasan Politik: Memisahkan Konsep Politik dan Realitas Politik







Judul buku          : Political Quotient Meneladani Perilaku Politik Para Nabi
Penulis                 : M. D. Riyan
Penerbit                : Madania Prima
Tahun terbit         : 2008
Cetakan                : I
Ketebalan             : 208 hal
ISBN                     : 978-979-166-227-7


Buku ini saya beli beberapa waktu lalu dengan harga diskon. Murah banget. Jadi meski terbitan lama dan tidak mengenal nama penulisnya ya beli saja. Terlebih bahasan politik salah satu bahasan yang saya suka. Kenapa saya suka? Karena aspek politik punya pengaruh besar untuk hidup manusia termasuk diri saya. Jadi saya merasa harus tahu mengenai politik.

Dibagian pengantar penulis mengutip pernyataan Socrates bahwa manusia itu makhluk yang berpolitik. Itu disetujui penulis. Sebab menurut penulis, dengan segenap potensi yang dimilikinya manusia mampu untuk mengatur diri, komunitas dan lingkungannya.

Sayangnya politik yang merupakan masalah atur mengatur urusan manusia justru dijauhi oleh sebagian manusia. Hal ini tak lepas dari kondisi carut marutnya perpolitikan negeri kita. Sehingga persepsi negatif tentang politik pun berkembang di masyarakat. Ada yang bilang politik itu kotor. Politik cuma urusan berebut kekuasaan. Politik urusan pejabat, rakyat nggak perlu ikut ngurusin. Dan berbagai persepsi negtif lainnya.

Nah kehadiran buku ini merupakan bentuk upaya penulis untuk mengubah persepsi negatif pembaca tentang politik. Poin pentingnya, kita harus mampu membedakan mengenai realitas politik dengan konsep politik. Agar dapat memiliki Political Quotient atau kecerdasan politik.

Konsep politik berdiri di atas ideologi tertentu. Disebut konsep politik Islam, karena bersumber dari al Qur’an dan As sunnah. Disebut konsep politik demokrasi tentu bersumber dari pemikiran para tokohnya. Sedangkan realitas politik adalah berbagai peristiwa berkaitan dengan politik yang dilakukan oleh manusia.

Adakalanya konsep politik sesuai dengan realitanya. Adakalanya tidak. Realitas politik di masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dapat dikatakan sesuai konsep politik Islam. Namun di masa setelahnya banyak realitas politik yang menyimpang dari konsep politik Islam yang ideal.

Ketidakmampuan sebagian kaum muslimin dalam memisahkan antara konsep politik Islam dengan realitanya membuat mereka meragukan konsep politik Islam sebagai solusi bagi permasalahan negeri mereka.

Penulispun memperkenalkan sedikit profil dari partai politik yang mengklaim dirinya sebagai partai politik Islam. Dengan tokoh utamanya yaitu Syekh Taqiyuddin An Nabhani, cucu dari Syekh Yusuf An nabhani.

Dimana Syekh Yusuf an Nabhani merupakan guru dari Syekh Hasyim Asy’ari pendiri Nahdhatul Ulama. Konsep politik Islam hasil ijtihad dari Syekh Taqiyuddin kini makin dikenal melalui gerakan politik Islam yang berhasil dibangunnya.

Dalam buku ini penulis menyertakan pula berbagai tips untuk meningkatkan kecerdasan politik Dimulai dari menyadari potensi diri sebagai makhluk politik, hingga tuntunan agar kecerdasan politik dapat meningkat.

Melengkapi wawasan kita tentang bahasan politik, buku ini cukup menarik untuk dibaca. Meski pada bagian tertentu isi buku ini kurang memuaskan. Di judul ada kalimat ‘meneladani prilaku politik para nabi’, namun yang banyak disinggung adalah prilaku politik Nabi Muhammad saw. Adapun nabi – nabi lainnya cuma disinggung sedikit.

0 Comments

Post a Comment