pictured by Gramedia Digital |
Judul buku : Sirah 60 Sahabat
Penulis : Ummu Ayesha
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tahun terbit : 2017
Ketebalan : 328 hal
ISBN : 978-602-03-4637-3
Mengenal pribadi para sahabat Rasulullah
adalah salah satu penyubur iman. Buku ini jadi sarana bagi saya mengenal enam
puluh orang sahabat Rasulullah saw. Tidak mendalam memang tetapi poin
pentingnya dapat. Siapa namanya, asal, kelahiran, kapan masuk Islam, apa yang
dialami saat awal memeluk Islam serta kontribusi terhadap Islam. Saya membaca
versi e-booknya.
Penulis meringkas kisah – kisah mereka
dari berbagai sumber. Dengan catatan, nama Khulafaurasyidin tidak dibahas
disini. Sebab penulis membahasnya secara khusus dalam buku berbeda.
Nama – nama sahabat yang kurang familiar bagi
saya ada di buku ini. Seperti Miqdad bin Amru ra, Abu Jabir ra, Abu Ayyub Al -
Anshari ra, Abu Musa Al – As’ary ra dan lain sebagainya. Kisah mereka tak kalah
heroik dengan sahabat – sahabat besar seperti Mushaib bin Umair, Abdurahman bin
Auf, Zubair bin Awwam dan lain sebagainya.
Enam puluh sahabat yang diceritakan dalam
buku ini memiliki benang merah. Pertama, mereka beriman kepada Allah swt dengan
pemikiran. Mereka masuk Islam setelah mendapatkan penjelasan mengenai Islam,
baik melalui teman, sahabat, kerabat ataupun sejak awal secara langsung
didakwahi Rasulullah saw.
Allah swt berkenan memberi hidayah pada
mereka setelah mereka sendiri berupaya mendapatkannya. Keimanan yang diperoleh
dengan pemikiran membuat keislaman mereka berkualitas tinggi.
Maka beruntunglah orang – orang yang
serius dalam berpikir. Seperti Thalhah bin Ubaidillah ra yang serius mendengar
nasihat seorang pendeta tentang kabar adanya nabi baru. Nabi tersebut membawa
petunjuk dan rahmat. Ia pun segera mencari tahu mengenai kabar tersebut hingga
mendapatkan kebenaran.
Atau seperti Sa’id bin Zaid yang sebelum
Islam datang dia tidak menyembah berhala. Dia anggap hal itu melenceng dari
ajaran Nabi Ibrahim. Dia pun termasuk yang menolak budaya membunuh bayi
perempuan saat itu.
Meski seorang budak Bilal bin Rabbah
seorang yang cerdas, sebab ia peduli pada kondisi Mekkah saat itu. Ia mengikuti
perkembangan hebohnya nama Muhammad yang mengajak menyembah Allah swt semata.
Ia mengenal sosok Muhammad yang bergelar al amin. Alhasil Bilal pun tertarik
pada ajaran yang dibawa Muhammad.
Kedua, mereka sama – sama mendapat
tantangan dari orang – orang kafir pasca masuk Islam. Siapapun dia, kalangan
terhormat atau budak, miskin atau kaya semua mendapatkan ujian keimanan dari
orang – orang kafir.
Hanya saja kadar ujian keimanan yang
mereka alami berbeda – beda. Ada yang sekedar pernyataan penolakan dari
keluarga dan kerabat seperti yang dialami oleh Hamzah bin Abdul Muthalib ra dan
Abu Ubaidillah bin Jarrah ra.
Ada yang mengalami tekanan batin seperti
yang dialami Sa’ad bin Abu Waqash ra saat ibunya mogok makan karena protes ia
masuk Islam. Ada pula yang mengalami siksaan ringan seperti kondisi Mushaib bin
Umair ra.
Ada yang disiksa dengan siksaan berat
seperti yang dialami Keluarga Yasir dan Bilal bin Rabbah. Namun mereka semua
tetap konsisten di jalan Islam meski mendapat cobaan.
Ketiga, mereka semua berislam secara
produktif. Dengan keimanan berkualitas tinggi mereka menghasilkan berbagai
karya berupa amal salih untuk Allah swt dan RasulNya.
Mereka menuruti segala yang diperintahkan
dan dilarang oleh Rasulullah saw. Mereka bersemangat belajar kepada Rasulullah,
taat beribadah dan berperang bersama Rasulullah demi kemuliaan Islam.
Membaca satu persatu kisah sahabat secara
mendalam tentu akan mendapat inspirasi lebih banyak lagi dari ini. Namun sebagai
awal perkenalan buku ini cukup bagus. Penyampaiannya juga cukup ringan dan enak
dibaca.
0 Comments
Post a Comment