YouTube |
Orang yang memiliki sifat nifak disebut
munafik. Nifak itu sama dengan kharaja yaitu keluar. Dalam arti telah keluar
keimanan dari dalam hatinya. Al Qur’an surat al Baqarah ayat 8 dan 9
menceritakan mengenai gambaran orang munafik.
“Di antara
manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
(QS. Al Baqarah: 8)
“Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al Baqarah: 9)
Dalam tafsir al Qurthubi
dijelaskan bahwa orang yang dimaksud dalam ayat itu adalah Abdullah bin Ubay
Bin Salul. Pemuka kaum Yahudi ini sangat membenci Muhammad saw.
Kebencian yang pada umumnya dimiliki oleh Yahudi saat itu pada beliau penutup
para Nabi tersebut. Tentu Abdullah enggan masuk Islam.
Namun pasca perang Badar,
ia merasa Muhammad saw dan kaumnya semakin di atas angin. Ketakutan akan
kehancuran merasuki dirinya. Lalu ia beserta kaumnya memilih masuk Islam dalam
keadaan terpaksa. Zhahirnya (luarnya) menyatakan iman, tapi hati ingkar.
Abdullah bin Ubay hobi
membuat makar. Tiap ada kesempatan ia secara diam-diam kerap memprovokasi kaum
muslim memusuhi Sang Nabi. Ia ingin melemahkan keimanan kaum muslim dan
melepaskan kesetiaan kaum muslim pada Rasul.
Abdullah bin ubay dan
orang setipe dengannya disebut munafik, bahkan munafik tingkat akut yang kelak
bersama orang-orang kafir, kekal di neraka.
Ustadz Kusnady juga
menjelaskan ada kemunafikan kumat-kumatan. Maksudnya, di awal seseorang memang
memiliki keimanan yang benar, meyakini Allah swt sebagai satu-satunya
sesembahan.
Namun di tengah jalan,
ada saat dimana ia tergoda riya hingga beramal untuk selain Allah
swt. Nah, pada saat seseorang beramal untuk dilihat manusia, saat itulah ia
sedang dirasuki kemunafikan. Dan hal itu bisa terjadi pada muslim mana saja.
Kita tak berhak menilai
seseorang munafik atau tidak. Karena kemunafikan itu ada di dalam hati. Tapi
kita bisa mengenal ciri-ciri munafik baik pada diri kita maupun orang lain.
Misal, ada calon kepala daerah, yang sehari-harinya diketahui tak pernah ke
mesjid, namun di momen jelang pilkada ia rajin ke mesjid. Jika setelah pilkada
ia tak pernah lagi ke mesjid. Itu ciri-ciri seorang yang beramal guna menarik
simpati manusia.
Contoh lagi, jika
seseorang solatnya lebih bagus saat sedang ramai orang dibanding sendirian,
maka itu mencirikan amal karena manusia.
Masih banyak lagi
sebenarnya penjelasan dari hadist mengenai ciri-ciri munafik. Tapi yang dibahas
dalam majelis tersebut sebatas itu saja.
Astaghfirullah. Mari
memohon perlindungan kepada Allah swt dari sifat-sifat munafik..
(ilmu dari Majelis Tafsir
al Qurthubi, Mesjid Al Jihad Medan Tembung)
0 Comments
Post a Comment