Susahnya
hidup di zaman kapitalis. Hanya untuk mempertahankan pakaian syar’i saja butuh
ketahanan mental yang kuat. Tiga orang siswi kelas 3 SMK, binaan saya di
pengajian, sedang menghadapi masalah.
Mereka resah dan gelisah ketika sekolah mereka mengharuskan berfoto tanpa kerudung untuk kebutuhan ijazah nantinya. Itu sama saja menyuruh muslimah buka aurat dong ya.
Mereka resah dan gelisah ketika sekolah mereka mengharuskan berfoto tanpa kerudung untuk kebutuhan ijazah nantinya. Itu sama saja menyuruh muslimah buka aurat dong ya.
Sebenarnya
aturan tersebut sudah diberlakukan hampir disemua sekolah khususnya sekolah
umum non agama. Pengalaman saya, bahkan di Universitas bernuansa Islam
sekalipun aturannya sama seperti itu.
Alasannya,
dalam pas photo para siswi harus tampak jelas jidat dan telinganya agar mudah
dikenali dan mudah cari kerja. Ada lagi siswi yang bilang alasannya karena
ingin dipastikan kesempurnaan organ tubuh bagian atasnya terutama telinga.
Dengan
mudah sih kita bisa mempertanyakan, emangnya kalau tidak nampak telinga dan
jidat, seseorang susah ya untuk dikenali? Kalau saya merasa nggak gitu. Dengan
melihat bagian wajah apa itu mata, hidung ataupun postur wajah, kita bisa
banget untuk mengenali seseorang. Nggak logis kan alasannya tuh.
Terus,
apa coba hubungan antara kerja dengan bentuk telinga dan jidat? Banyak sekali
perempuan yang mampu berkarya dengan tetap berpakaian syar’i. Idih alasan yang
maksa banget sih.
Sebagaimana
pengalaman saya di kampus, bagi peserta didik yang menolak mengikuti aturan
tersebut, diminta membuat pernyataan bahwa yang bersangkutan siap bertanggungjawab
bila setelah proses pendidikan selesai dan tidak dapat kerja karena pas photo
yang berkerudung, maka lembaga pendidikan tersebut tidak disalahkan.
(geleng-geleng kepala)
Satu
lagi, soal olahraga renang. Jelas dong ya, kalau berenang menuntut seseorang
untuk membuka auratnya. Kalaupun tetap tutup aurat, tetap saja nggak syar’i (paling
pakai burkini atau semisalnya).
Kalaupun maksain berenang pakai jilbab syar’I, baju yang basah akan membentuk tubuh si muslimah. Sementara si guru seorang bapak dan aktivitas berenangnya bercampur dengan siswa lelaki.
Kalaupun maksain berenang pakai jilbab syar’I, baju yang basah akan membentuk tubuh si muslimah. Sementara si guru seorang bapak dan aktivitas berenangnya bercampur dengan siswa lelaki.
Sebagian
guru ketika diberi pengertian tentang prinsip Islam yang dianut oleh siswinya,
ia memaklumi. Namun sebagian lain tetap tak mau mengerti. Konsekuensi buruknya
nilai kemungkinan akan ditanggung para siswi tersebut. Kemana pasal 29 ayat 1
UUD 1945 ya?
Mengapa pemeluk agama yang katanya bebas melaksanakan ajaran agamanya, ternyata sebaliknya, susah payah hanya untuk berpakaian sesuai perintah Allah swt.
Mengapa pemeluk agama yang katanya bebas melaksanakan ajaran agamanya, ternyata sebaliknya, susah payah hanya untuk berpakaian sesuai perintah Allah swt.
Namun
saya berharap, adik-adik istiqamah. Mereka adalah para remaja yang memilih
jalan perjuangan Islam. Kita sama-sama memiliki impian untuk terwujudnya
kebangkitan Islam dengan penerapan syariah dan Khilafah.
Pejuang itu harus kuat, penuh kesabaran dan berpegang hanya kepada Allah swt. Pejuang itu pantang menyerah pada segala keadaan yang mencoba menggerus idealisme diri. Semoga.
Pejuang itu harus kuat, penuh kesabaran dan berpegang hanya kepada Allah swt. Pejuang itu pantang menyerah pada segala keadaan yang mencoba menggerus idealisme diri. Semoga.
0 Comments
Post a Comment