Saturday, December 24, 2016

Partai Islam Dalam Kacamata Ilmu Komunikasi


Judul buku                 : Komunikasi Politik Partai Politik Islam
Penulis                        : Dr. Dedi Sahputra, MA
Penerbit                      : Orbit Yogyakarta
Tahun terbit               : 2016
Cetakan                      : Pertama
Dimensi buku            : 20,2 cm x 14,5 cm
Harga buku                : Rp. 100.000

Sewajarnya jumlah umat Islam Indonesia yang besar berkorelasi positif dengan dukungannya terhadap partai politik (Parpol) Islam. Dimana keberadaan partai politik merupakan kebutuhan bagi umat untuk menampung aspirasi menyangkut kemaslahatan hidup mereka. 

Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya, partai politik Islam semakin lama semakin tidak populer di kalangan umat Islam.

Pada Pemilihan Umum (Pemilu) pertama tahun 1955, lima Parpol Islam dari 30 Parpol yang bertarung menguasai hampir separuh suara parlemen yakni 43,72%. Partai tersebut yakni Masyumi (memperoleh 20,92% suara), Nahdatul Ulama/NU (memperoleh 18,41% suara), Partai Syarikat Islam Indonesia/PSII (memperoleh 2,89% suara), Pergerakan Tarbiyah Indonesia/Perti (memperoleh 1,28% suara), dan Partai Politik Tarikat Islam/PPTI (memperoleh 0,22% suara), (Herbert Feith, dalam Katimin, dalam Dedi Sahputra, h. 05).

Sedangkan dalam Pemilu tahun 2009, 9 Parpol Islam diantara 38 Parpol yang menjadi peserta hanya memperoleh 23,84% total suara. Dengan rincian, Partai Keadilan Sejahtera/PKS (memperoleh 7,88% suara), Partai Amanat Nasional/PAN (memperoleh 6,01% suara), Partai Persatuan Pembangunan/PPP (memperoleh 5,32% suara), Partai Kebangkitan Bangsa/PKB (memperoleh 4,94% suara), Partai Bulan Bintang/PBB (memperoleh 1,79% suara), Partai Kebangkitan Nasional Ulama/PKNU (memperoleh 1,47% suara), Partai Bintang Reformasi /PBR (memperoleh 1,21% suara), Partai Matahari Bangsa/PMB (memperoleh 0,40% suara), Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia/PPNUI (memperoleh 0,14% suara), (www.kpu.go.id, dalam Dedi Sahputra).

Fenomena tersebut disinyalir merupakan efek dari kesenjangan antara aktivitas partai politik Islam dengan Islam itu sendiri. Selayaknya, Islam sebagai pandangan hidup paripurna yang diturunkan Allah swt kepada umat manusia melalui RasulNya terwujud dalam tubuh partai politik Islam. Hal inilah yang ingin dijawab oleh penulis buku ini melalui pendekatan ilmu komunikasi.

Buku ini merupakan hasil disertasi penulisnya  untuk meraih gelar Doktor Komunikasi Islam di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai politik Islam dengan dukungan terbanyak diantara partai Islam yang ada saat ini dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai Islam tertua yang kini tetap eksis, menjadi objek penelitian dalam hal ini.

Penulis menggunakan enam prinsip komunikasi Islam yang terdapat dalam ayat-ayat al qur’an, sebagai standar menilai kualitas komunikasi PKS dan PPP untuk tujuan electoralnya dalam kampanye Pemilu Legislatif 2014. 

Idealnya partai politik Islam itu berkata benar (S.Q.An-Nisa: 9; Al-Ahzab: 70), berkata baik (Q.S.al-Baqarah: 235 & 263; An-Nisa: 5 & 8), berkata lemah lembut (Q.S.Thaha: 44), berkata yang membekas dalam jiwa (Q.S.An-Nisa:63), perkataan yang pantas (Q.S.Al-Isra’: 28) dan berkata yang mulia (Q.S. Al-Isra’: 23) dalam menyampaikan visi misi perjuangannya pada umat.

Digunakan teori atribusi untuk mengkaji kampanye yang dilakukan PKS dan PPP di Sumatera Utara dalam Pemilu Legislatif 2014. Dilakukan pula wawancara dengan informan internal partai maupun tokoh eksternal yang kredibel memberikan pendapatnya berkaitan dengan objek penelitian ini.

Membuka lembar demi lembar buku ini memperkaya diri kita tentang prinsip-prinsip komunikasi Islam yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim ketika menyampaikan pesan-pesan Islam kepada manusia, terutama bagi partai politik Islam yang menyatakan diri sebagai wadah perjuangan perubahan umat Islam. 

Komunikasi Islam digunakan bukan sekedar untuk menarik simpati masyarakat. Lebih dari itu, sudah menjadi suatu kewajiban bagi kaum muslim untuk terikat pada syariat Islam termasuk dalam hal berkomunikasi. 

Dengan begitu pahala akan didapatkan, hikmahnya pun akan dirasakan. Umat akan mengerti dengan jelas mengenai arah perjuangan partai, hati dan pikirannya bisa tersentuh dan akhirnya mendukung partai. Terikat dengan hukum-hukum Allah swt dalam jalan perjuangan adalah bukti keimanan dan ketakwaan anggota partai serta jaminan kemenangan dari Allah swt.

Membaca buku ini juga menambah wawasan kita tentang gambaran aktivitas partai politik Islam kini. Betapa arus kekuasaan dan uang dalam perpolitikan demokrasi begitu kuat mempengaruhi partai politik Islam, hingga mampu menggeser idealisme Islam yang sudah seharusnya mereka tunjukkan. 

Terbukti, bahwa partai politik Islam yang menjadi objek penelitian ini tidak memenuhi standar prinsip komunikasi Islam secara utuh serta jauh dari identitas keislaman yang seharusnya dimiliki.

Kalau di PKS para elitnya ditataran ideal sebenarnya memahami nilai-nilai Islam tetapi dibandingkan dengan di tataran praktis godaannya lebih kuat, maka di PPP pemahaman cenderung bersifat simbolisasi ditambah lagi godaan dunia praktis yang menyebabkan partai ini “terjebak” pada Islam simbol (hal. 270)

Sebagai masukan, sebaiknya untuk cetakan berikutnya, buku ini bisa diedit lebih teliti lagi agar kesalahan-kesalahan dalam teknik penulisan bisa diminimalisir. Sebagai contoh, pada halaman 118, kata yang seharusnya tertulis kitab tafsir, malah tertulis kitab hadis. Pada halaman 159, ayat al Qur’an yang seharusnya al Qur’an surat al-Baqarah ayat 222 tertulis al Qur’an surat al Baqarah ayat 2.

Sebagai hasil disertasi, tentunya buku ini bisa dipertanggungjawabkan hingga layak dipercaya dan cukup bermanfaat untuk dijadikan rujukan bagi pembaca yang berkepentingan.



*Pengalaman pertama resensi bukuku dimuat di Media..terima kasih Harian Waspada Medan
Kalau berminat beli bukunya hubungi (0815-3382-2010)

0 Comments

Post a Comment