Istilah
muslim negawaran sudah pernah saya dengar sebelumnya. Meski tak begitu mencari
tahu arti sebenarnya yang dimaksud dengan muslim negarawan, tapi teman-teman
aktivis kampus yang menggaungkannya membuat saya bisa berkesimpulan, kalau muslim
negarawan yang dimaksudkan terkait sosok yang terlibat dalam pemerintahan dan
punya karakter Islami sebagai pemangku jabatan dalam lingkup kenegaraan.
Kalau
istilah muslimah negarawan, terus terang saya baru mendengar sejak terbitnya buku yang cukup fenomenal di kalangan
aktivis dakwah ini. Mengapa saya katakan fenomenal, sebab meski diterbitkan
oleh penerbit minor, tapi terbitan pertamanya sudah habis terjual tak lama setelah
diterbitkan. Buku yang saya miliki adalah cetakan kedua, sudah ada cap “Best
Seller” nya.
Kiranya
istilah muslimah negarawan akan memberi kesempatan pada pikiran kita untuk
mengira bahwa isinya membahas peran muslimah dalam kedudukannya secara praktis
di ranah pemerintahan atau muslimah sebagai penguasa.
Ternyata
bukan, yang dimaksud dengan muslimah negarawan dalam hal ini bermakna berpegang
teguh pada identitas sebagai muslimah dan disaat yang sama juga “memberi nyawa”
terhadap setiap peran yang merupakan kewajiban utamanya untuk satu tujuan
kebangkitan umat, baik itu kewajiban sebagai ummu wa rabbatul bait, kewajibannya
dalam menuntut ilmu dan kewajibannya dalam melakukan dakwah serta perbaikan
ditengah masyarakat.
Mbak
Fika menulis buku ini karena ingin mengajak para muslimah untuk menghidupkan visi
politik dan menghiasi setiap peran muslimah dengan cita-cita besar, berdasarkan
refleksi dan pengalamannya baik sebagai penuntut ilmu, pegiat media dan ibu
generasi dalam bingkai tanggungjawab terhadap umat dan dakwah.
Tiga inti dari pembahasan dalam buku ini yaitu mengarahkan para muslimah agar menjadi negarawan dalam visi keilmuan, visi pergerakan opini dan visi pembentukan generasi. Tiga kerangka besar tersebut yang akhirnya membentuk muslimah hingga pantas disebut muslimah negarawan.
Tiga inti dari pembahasan dalam buku ini yaitu mengarahkan para muslimah agar menjadi negarawan dalam visi keilmuan, visi pergerakan opini dan visi pembentukan generasi. Tiga kerangka besar tersebut yang akhirnya membentuk muslimah hingga pantas disebut muslimah negarawan.
Menjadi
muslimah negarawan adalah peran besar yang layak dipilih oleh para muslimah.
Sebab mereka istimewa dengan perannya. Peradaban Islam bisa tegak dan jaya di
zamannya, melahirkan para pemimpin dan penakluk, tak terlepas dari peran
muslimah. Peran besar ini akan menghantarkannya ke syurga dan di dunia layak
diberikan predikat sebagai kehormatan tak ternilai harganya.
Cukup
menyenangkan membacanya, karena buku ini dilengkapi dengan berbagai kisah
inspiratif dari muslimah negarawan tempo dulu, seperti kisah Aisyah sang sumber
rujukan ilmu sepeninggal Rasulullah saw bagi kaum muslim saat itu, Khaizuran
yaitu ibu dari Khalifah pencinta ilmu; Harun Ar Rasyid, Asma binti Abu Bakar yaitu
motivator anaknya Abdullah bin Zubair dan kisah-kisah menggugah lainnya.
Beberapa kesalahan pengetikan di dalamnya tak mengurangi manfaat buku ini, insya allah, buku ini dapat membantu para muslimah mengerti peran pentingnya dan mendorong dirinya untuk membina diri menjadi muslimah negarawan yang diinginkan Islam.
Beberapa kesalahan pengetikan di dalamnya tak mengurangi manfaat buku ini, insya allah, buku ini dapat membantu para muslimah mengerti peran pentingnya dan mendorong dirinya untuk membina diri menjadi muslimah negarawan yang diinginkan Islam.
0 Comments
Post a Comment