Tuesday, October 25, 2016

Saat Pribadi Positif Terbentuk Dari Nasehat Baik

www.pesona.co.id 

Judul Buku   : A Thousand Miles in Broken Slippers
Penulis          : Rosi L. Simamora
Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama 
Ketebalan      : 204 Halaman
Tahun terbit  : cetakan pertama, 2014
ISBN               : 9786020319780

“Jangan biarkan sandalmu menentukan jati dirimu, Dong. Jangan pernah merasa malu ke sekolah hanya mengenakan sandal dan seragam lungsuran yang sudah pudar putihnya”

“Biarpun kau tidak menggunakan sepatu bermerek yang mahal, kalau kau terus berjuang dan giat belajar, sandalmu yang hanya seharga lima belas peso (saat itu 3 ribu rupiah) ini akan membawamu hingga ribuan mil perjalanan.

Satu pesan diantara pesan-pesan lainnya dari ayah Dong, perlahan membentuk dirinya untuk berani bermimpi. Efeknya, ia belajar serius, mengejar prestasi demi merubah hidup di masa depan. Alhasil, masa-masa sekolah Dong dipenuhi berbagai gelar juara, dari ranking kelas hingga juara sejumlah kegiatan ekstrakulikuler. Ia tumbuh sebagai sosok yang pantang mematikan harapan tanpa memperjuangkannya lebih dulu. Di masa SMA, meski sering merasakan kelaparan saat istirahat sekolah, Dong tetap menanamkan mimpi menginjakkan kaki di area Menara Eiffel sebagai simbol kesuksesannya kelak.

Menjadi bagian dari keluarga miskin di kota kecil Bolinao, 6 jam perjalanan dengan bus Philippine Rabit dari Manila, membuat Dong, nama kecil Leonardo Consul, sejak dini ditempa dalam suasana perjuangan untuk bertahan hidup. Di usia delapan atau sembilan tahun telah belajar mencari uang. Bertanggungjawab dalam urusan perut bersama ayah, ibu dan empat orang saudaranya.

Hampir setiap malam Dong bersama teman-teman kecilnya melakoni pekerjaan sebagai pencuci bus Philippine Rabbit. Persaingan ketat diantara para Rabbit Boys untuk mencuci bus yang jumlahnya terbatas, meninggalkan satu kenangan cukup pahit. Saat Dong terpaksa harus membersihkan mobil penuh muntah hanya untuk uang yang cukup ditukar dengan sepotong roti. Satu kebahagiaan tersendiri ketika dalam upayanya menahan nafas dari bau busuk suasana mobil, ia mendapati sisa fast food dalam keranjang sampah. Membuat lidahnya sempat merasakan bagaimana makanan orang berduit.

Untung ada ayah yang selalu memberi energi positif pada Dong, hingga tak pernah berlama-lama dalam keputusasaan. Uniknya, ayah yang dimaksud bukanlah ayah kandungnya. Dong lahir dari kesalahan ibunya yang mengkhianati suami karena alasan kemiskinan.

Wajar, meski keluarga itu tetap utuh, sejak kelahiran Dong, hubungan mereka semakin dingin. Ayah dan ibu yang saling benci. Kakak memusuhi adik. Ibu kasar terhadap anaknya. Yang cukup sulit dimengerti adalah jalan pikiran Ernesto Consul yang amat menyayangi anak hasil selingkuhan istrinya dibanding anak kandung sendiri.

Kiranya sepanjang perjalanan hidup Dong, artis muda asal Filipina yang besar di Indonesia dengan nama Leo Consul, baginya Ernesto Consul adalah orang yang paling berarti. Hampir di setiap awal bab, kisahnya selalu dimulai dari kutipan nasihat Ernesto Consul.

“Kita mungkin hanya punya sedikit nasi dan beberapa potong ikan di meja. Tapi yang paling penting, semua itu kita dapatkan dari hasil keringat dan kejujuran”.

“Selalu lebih baik bekerja dan bukan meminta dari orang lain, Nak.”

“Sesulit apa pun hidupmu, jangan pernah melakukan hal-hal bodoh yang dapat melukai siapapun termasuk kehormatanmu, hanya agar kau dapat bertahan.”

Bahkan saat mendengar ayah kandungnya meninggal duniapun Dong susah merasakan sedih. Dan ia lebih memilih melekatkan namanya dengan nama Consul.

Mendampingi tumbuh kembang anak dengan siraman berbagai kalimat-kalimat positif sebagaimana yang dilakukan Ernesto Consul tak jarang menjadi bukti terbentuknya pribadi baik pada diri seseorang. Apalagi kalimat positif itu mengandung nilai-nilai ilahiyah. Maka yang terwujud tak cuma pribadi positif di dunia tapi juga selamat hingga ke syurga.

Meski sempat dibuat bingung dengan alur maju mundur dari gaya penulisannya, buku ini cukup bagus untuk memberi kita pelajaran tentang hidup.

0 Comments

Post a Comment