Sunday, June 12, 2016

Ramadhan, Momen Semangat Mengkaji Islam




Setiap hari jum'at pukul 08.00 diadakan pengajian di Kantor Camat Percut Sei Tuan, Medan Tembung, dekat lokasi rumah saya. Saya tinggal berseberangan dengan Kantor Camat. Sebenarnya pengajian ini dibuat Pemda setempat, untuk semua warga sekitar, baik tua atau muda, lelaki ataupun perempuan. 

Namun sepertinya agenda tersebut khusus dihadiri para orangtua dan kebanyakan para ibu. Biasanya saya enggan datang ya karena ini, segan sama yang hadir, orangtua semua. Tapi karena memang berkesempatan hadir dan mengkaji Islam adalah bagian dari kewajiban, yang di bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan, saya jadi semangat untuk datang.
Dan benar, rata-rata di dalam ruangan aula tempat diadakannya pengajian ini dipadati ibu-ibu usia 40-an ke atas. Kebanyakan malah sudah pada sepuh. Semangat mereka dalam menambah ilmu Islam patut juga diacungi jempol. Sebaliknya, para pemuda yang nggak datang, hemmm. Tapi kemungkinan yang muda bukan enggan datang, tapi karena jum'at pagi waktunya mereka berkegiatan seperti sekolah, kuliah dan bekerja. Jadi yang berpeluang hadir ya orangtua. Saya sendiri biasanya jum'at pagi bertugas bersih-bersih rumah plus bimbel dan masak.

Ceramah dibawakan oleh Ustadz Ngadimin. Beliau membahas mengenai kriteria keimanan yang sesungguhnya. Menurut beliau, setidaknya ada empat hal yang menandakan bahwa seseorang itu memiliki keimanan yang sesungguhnya.

Pertama, orang yang senantiasa berfikir dan berdzikir. Orang yang selalu berfikir sebelum berbuat sehingga berhati-hati agar perbuatannya benar di hadapan Allah dan orang yang selalu mengingat Allah bisa dikatakan memiliki iman yang sesungguhnya.

Kedua, memiliki ketaatan. Artinya, seseorang yang punya keimanan sesungguhnya, hanya takut kepada Allah Swt. Dalam bahasan ini, diantara kalimat yang saya sukai "Jangan remehkan amal ibadah kita pada Allah Swt, kalau kita tidak mau diremehkan Allah Swt.

Ketiga, Senantiasa bersyukur. Iman yang benar akan menuntun seseorang untuk selalu menerima ketetapan Allah Swt dan bersyukur pada setiap pemberian Allah Swt.

Keempat, dermawan dan sabar. Orang beriman akan ringan tangan membantu sesama dan menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt. Lalu ia akan senantiasa sabar pada tiap keadaan yang memang menuntutnya untuk sabar sesuai Islam.

Sebenarnya banyak dalil-dali yang disebutkan Ustadz Ngadimin mengenai pembahasan tersebut. Hanya saja kelemahan saya yang tak mampu mengingat dalil-dalil tersebut hingga tak mencantumkannya di sini.

Ustadz Ngadimin juga menunjukkan apresiasi pada Pemda Percut Sei Tuan atas pengajian yang diadakan. Kalau biasanya kantor pemerintahan dipakai untuk aktivitas pemerintahan, disini dibuat pengajian rutin tiap minggunya, ini pantas ditiru di Kantor Pemda lainnya.

Para muslimah yang sudah lanjut usia dan berusaha untuk terus menambah ilmu itu terlihat kepayahan menangkap ceramah sang ustadz. Saya jadi semakin merasa pentingnya belajar maksimal di waktu muda. Bahkan baiknya sejak kecil sudah berproses dekat dengan Islam hingga semakin mudah memahami dan mengamalkan Islam serta ilmu yang dikuasai juga semakin banyak.

Disini saya juga berfikir, suasana mengkaji Islam di lingkungan pemerintahan saja sudah begitu indahnya, apalagi kalau aturan Islam secara utuh dipraktekkan dalam pemerintahan baik aspek ekonomi, politik dalam dan luar negeri serta lainnya. Insya allah jauh lebih berkah. Bila satu negara menjalankan hukum-hukum Islam secara menyeluruh, berkahnya bahkan bisa dirasakan oleh semua kalangan baik muslim maupun non muslim. Sebab Islam itu, Rahmatan Lil "Alamin (QS. al Anbiya: 07). Jadi semakin rindu penerapan syariah Islam dalam naungan Khilafah :) 

0 Comments

Post a Comment