Thursday, June 23, 2016

Kesabaran Itu Manis

sunnahposter.blogspot.com

Patut diacungi jempol ikhtiar ikhwan yang satu ini. Asal tau aja wanita pujaan hati yang kini menjadi pendamping hidupnya merupakan wanita kesekian belas yang menjalani proses ta’aruf dengannya hingga akhirnya berlabuh kedermaga pernikahan.

Dia lelaki sholeh yang telah lama berazam menggenapkan separuh agamanya. Ia bukan ingin merajut cinta palsu layaknya hubungan pacaran remaja remaji zaman ini. Namun yang diinginkannya adalah cinta suci penuh berkah Ilahi Rabbi. 

Dia bukan menginginkan cinta model Romeo and Juliet yang tragis hingga menderita dunia akhirat. Tapi dia ingin cintanya seindah kisah Ali dan Fatimah yang berbuah bahagia di dunia maupun surga di akhirat.

Seorang pemuda yang jahirnya tak sempurna berniat menjaga pandangan, berjuang menemukan jodohnya. Belasan wanita menolaknya. Aku salah satunya. Namun buah kesabaran itu amat manis. 

Cintanya berlabuh pada seorang wanita nan cantik jelita, sholeha, yang perjuangannya dalam dakwah tak diragukan lagi. Sang pemuda diamanahkan oleh gerakan  dakwah yang membinanya untuk mengembangkan dakwah di lahan baru. 

Dan sang belahan jiwa cocok sekali bersamanya mendobrak peradaban kelam di daerah tersebut. Dilingkungan awalnya, gadis itupun cukup terdengar gaung dakwahnya.
Kala itu, saat pertama bertemu pemuda sholeh ini. Nafasku tertahan sejenak. Beliau memiliki cacat dimatanya. Ku pikir aku tak salah, dengan naluri menyukai keindahan yang Allah beri membuatku menginginkan pasangan yang sempurna fisiknya. Paling tidak kekurangan itu minimalis.

Bergejolak hati dan pikiranku. Bingung untuk memutuskan. Secara kepribadian beliau baik karena punya kepribadian Islam. Itu ku tahu dari sumber yang terpercaya yaitu kakak penghubung antara kami. Merasa tak layak aku menolak, karena Allah berkata lewat RasulNya bahwa sebaik baik pilihan adalah yang baik agamanya. 

Tentang faktor – faktor lainnya hanyalah pelengkap, tak layak jadi faktor penentu. Bila aku menjadikan faktor fisik dan sejenisnya menjadi penentu maka celakalah aku. Aku tidak mau rugi di dunia apalagi diakhirat.

Aku menarik lalu menghembuskan nafas perlahan. Berusaha pahami keadaan dan berpikir andainya benar dialah jodohku, pasti ada hikmah dibaliknya. Maka setelah berpikir beberapa saat aku menganggukkan kepala pada kakak penghubung tanda setuju. Meski berat di hati, tapi sekali lagi, tak ada alasan bagiku untuk menolak.

Beberapa hari kemudian rasa lega menghampiri. Karena ternyata khitbah dibatalkan. Bukan karena alasan fisik itu, tapi orang tuaku keberatan dengan rencana bakal calon suami yang setelah menikah akan mengajak tinggal di kota lain. 

Hal tersebut disampaikan kakak penghubung pada ibuku. Ya, saat itu aku lega karena tidak berjodoh dengan beliau. Sambil berpikir, barangkali ikhwan ini akan menemukan banyak kesulitan dalam pencariannya disebabkan kekurangan fisiknya.

Beberapa waktu yang lalu beliau juga mengalami penolakan dari teman akhwat yang lebih dulu diperkenalkan sebelum aku. Ukhti itu membatalkan proses khitbah ketika melihat foto beliau. 

Hingga terdengar kabar kalau penolakanku dan ukhti itu adalah penolakan yang kesekian belas. Sempat kami mendoakan semoga beliau dimudahkan Allah dalam menemukan kekasih hatinya.

Hari – hari berikutnya, beliau terus mencari, kami pun  kian berikhitiar hal yang sama. Sesekali bertemu dengan beliau, hati ini merasa sedih juga. Andainya diri ini yang mengalami hal tersebut, apa mungkin bisa sekuat beliau. 

Beberapa bulan kemudian, terdengar kabar gembira, seorang teman akan menikah. Gadis ini cantik, dikenal cerdas dan sholehah tentunya. Selepas menikah rencananya si gadis dan suaminya akan tinggal di luar kota Medan. 

Saat membaca nama calon suami si gadis, aku merasa tidak asing . Aku terus berusaha mengingat sampai akhirnya aku sudah benar – benar ingat kalau nama itu adalah nama seseorang yang dulu pernah berurusan denganku. Nama yang pernah hampir mengkhitbahku. Dia yang tak kuharapkan berjodoh denganku karena kecacatan pada matanya. Dia yang kuanggap tak layak memperoleh yang lebih baik dariku.

Subhanallah air mata ini mengalir tak tertahan. Tak menyangka kalau itu terjadi. Beliau telah menemukan kekasih hatinya, seorang gadis istimewa. Aku malu pada diriku. Kualitas keimananku kalah jauh dari gadis itu. 

Karena dia mampu melihat dengan mata hatinya, dengan keimanannya. Pemuda itu telah meyakini janji Allah bahwa lelaki yang baik akan dipasangkan dengan wanita yang baik pula. Beliau telah membuktikannya. Usahanya tidak sia – sia.

Maka pelajaran yang dapat ku ambil, berusahalah secara maksimal bila menginginkan sebuah kebaikan. Dan harus yakin bahwa Allah pasti membayar semua jerih payah itu dengan imbalan yang mahal.                                                                                                                                                                                                                                                                (tulisan yang sebenarnya udah lama. tapi hikmahnya tetap ingin dibagi disini. semoga bermanfaat)   

0 Comments

Post a Comment