Foto kenangan waktu Ospek dan Foto Inagurasi bareng teman satu kelompok |
Teman – teman blogger udah banyak yang
ngebahas masalah MOS ataupun OSPEK. Ada dari sisi panitia MOS sendiri seperti
mbak mimi, www.mimitorium.com/2015/07/bukan-maksud-saya-membela-kegiatan-mos.html#more.
Ada yang cerita soal pengalaman Ospek
yang cukup unik. Soalnya ada cerita tentang 13 peraturan yang dibuat kakak
panitia dengan nama Petaka 13. Isinya mengocok perut, lucu abis.
Tapi mengandung hikmah. Intinya niat baik panitia buat peraturan tersebut supaya adik – adik kelas bisa lebih Islami dengan tetap akrab sama kakak kelasnya. Itulah yang saya tangkap dari mbak fitri. Bisa disimak di sini https://fitrimelinda.wordpress.com/2015/07/30/ospek-oh-ospek/.
Kalo mbak handriati membahas tentang
perlu nggaknya diadakan OSPEK. Si mbak mengupas tentang pengertian, tujuan
OSPEK, kritik terhadap praktek OSPEK saat ini yang banyak melenceng dari tujuan
sebenarnya, manfaat OSPEK, serta memberi masukan seperti apa OSPEK yang baik, www.handdriati.com/2015/07/masih-perlukah-ospek.html.
Mungkin masih banyak tulisan lainnya yang
nggak terbaca oleh saya. Inti tulisan ketiga teman blogger ini, semua setuju
adanya OSPEK asal bermutu.
Kalau saya sendiri, pengalaman MOS di
bangku SMA seingatnya biasa aja. Nggak ada disuruh pakek atribut macam-macam.
Selama tiga hari masa MOS, dari pagi hingga siang, kami hanya disuruh masuk
kelas. Lalu kakak-kakak panitia dari OSIS akan berbagi tugas untuk mengisi
kelas kami dengan berbagai acara yang sudah diprogram.
Satu kelas berisi dua orang panitia.
Satunya jadi MC dan satunya pemandu games. Ada dua sesi ceramah seputar sekolah
yang diberikan oleh guru, diselingi dengan games.
Games yang saya ingat adalah permainan
gerak badan diiringi lagu topi saya bulat. Kalo dengar kata topi kami harus
pegang kepala, kalau dengar kata saya kami harus tunjuk diri dan kalau dengar
kata bulat kami harus membentuk lingkaran dengan kedua jari telunjuk tangan
kami. Yang salah dihukum bernyanyi.
Dihari terakhir kami disuruh ngumpulin
tanda tangan kakak senior yang udah ditentukan terlebih dahulu namanya oleh
panitia. Disini kami dikerjai, karena kakak-kakak yang tahu bahwa dirinya
dicari, menyembunyikan nama yang tertera di atas kantong bajunya.
Pas ditanya mereka nggak mau sebut
namanya. Gitu aja sih. Kalau salah satu tujuan dari masa orientasi adalah
mengenal lingkungan tempat belajar, MOS di sekolah saya nggak mencapai tujuan
tersebut.
Saya nggak ingat isi ceramah guru saat
MOS. Bisa jadi memang berkaitan dengan persiapan belajar di sekolah. Lumayanlah
nggak pakek kekerasan dan atribut yang menyusahkan.
Nah, pas kuliah agak beda. Di sini baru saya
ngerasain menggunakan atribut aneh sesuai aturan panitia OSPEK. Kami di suruh
pakek kopiah dihiasi pita melingkar warna merah putih, tau kan tuh sejenis
tutup kepala yang dipakai laki-laki buat sholat.
Trus disuruh pakek dasi, tas goni plastik
dengan tali plastik, minuman botol dengan tali plastik, kaos kaki warna putih
dan sepatu putih. Makanannya disuruh bawak nasi dengan lauk ikan lele berkumis
dua helai.
Kalo kumis ikan lelenya lepas satu, maka
di hukum. Kalau atributnya kurang lengkap juga dihukum. Hukumannya disuruh
nyanyi atau minta tanda tangan kakak panitia yang nama dan ciri-cirinya
disebutkan.
Waktu itu saya nggak ngerasain apa-apa
sih disuruh makek atribut aneh itu. Tapi pas melihat adik-adik junior makek
gituan, kok rasanya kasihan, nggak berwibawa gitu. Nampak culun.
Padahal calon mahasiswa loh, manusia
dewasa yang berproses mematangkan diri membentuk intelektualitasnya. Adik-adik
junior saya lebih berat bebannya ketimbang OSPEK saya dulu, mereka disuruh bawa
makanan tertentu yang harganya cukup mahal, seperti coklat dan lainnya.
Cukup memberatkan bagi calon mahasiswa
kampus saya yang banyak dari golongan kurang mampu. Saya nggak ngerti pelajaran
apa yang mau diambil dari atribut tersebut. Kalo rangkaian acara indoornya,
lumayan ada yang berkesan. Yang saya ingat adalah ucapan selamat datang dari
wakil presiden kampus dan motivasi belajar dari beliau.
Acara lainnya berjalan cukup membosankan.
Soalnya ruangan yang besar diisi orang dengan jumlah banyak membuat suasana
nggak kondusif, panas dan sesak. Kalau acara outdoor ada juga. Tapi sebatas
mengenal lokasi kelas dan berkenalan dengan dosen dan kakak senior di jurusan.
Pakar pendidikan, Ayah Edi, pernah
mengulas mengenai gaya OSPEK di sebuah negara Eropa. Disana, selain mengenalkan
hal-hal berkaitan dengan dunia kampus tentunya, calon mahasiswa didorong untuk
mempresentasikan gambaran visi misi hidup mereka di depan teman-temannya.
Mereka menceritakan perencanaan mereka
selama menjalani kuliah nantinya, agar fokus belajar dan berhasil mencapai
cita-cita. Nggak pakek disuruh menggunakan atribut aneh-aneh.
Tapi memang sih, calon mahasiswa itu bisa
disuruh membicarakan gambaran belajar mereka ke depan karena sejak sekolah
dasar memang sudah diarahkan kesana.
Kalau di negeri kita, banyak calon mahasiswa
belum mengenal tujuannya berada di bangku kuliah apalagi membuat perencanaan
kuliah. Bahkan milih jurusan aja banyak yang gak tahu alasannya mengapa mereka
pilih jurusan tersebut.
Sebagian memilih jurusan dibantu
orangtua, belum punya visi misi ke depan yang ia tentukan sendiri. Termasuk
saya, kuliah dengan semangat sebatas ingin kerja saja.
Padahal kan tujuan kuliah bukan hanya
sekedar cari kerja. Tapi lebih dari itu, harusnya punya cita-cita misalnya
membuka lapangan pekerjaan dan melakukan banyak hal untuk diri, keluarga,
masyarakat dan negara.
Sejak sekolah dasar memang kebanyakan
kita menjalani saja sebagai tahapan fase yang memang harus dijalani. Jarang
yang dipandu oleh keluarga dan sekolah untuk mempunya visi luas, yang bukan
hanya sekedar berujung pada kerja.
Jadi, OSPEK yang diadakan di negeri kita
selain ada yang nggak mutu karena pakai kekerasan dan membebani dengan atribut
aneh, juga aktivitasnya masih standar itu-itu aja, mengenalkan lingkungan
pendidikan dan civitas kampus. Kurang merangsang kreatifitas calon mahasiswa
untuk berpikir dan bertindak lebih bagi diri dan orang lain.
Di masa kuliah, saya tergabung dalam
forum kajian Islam mahasiswa. Nah, kami juga melakukan kegiatan penyambutan
bagi adik-adik mahasiswa baru. Kalau OSPEK mengenalkan mereka pada hal-hal
seputar kampus.
Kalo kami membantu adik-adik mengenal
hakikat diri mereka, menggali potensi yang Allah berikan pada diri manusia
dengan harapan adik-adik meraih prestasi dunia akhirat. Pada tulisan berikutnya
saya akan mengulas tentang acara itu.
Aku juga sama, waktu ospek SMA ga aneh-aneh. Eh, malah pas masuk universitas malah pake atribut aneh-aneh itu.
ReplyDeleteGa ngerti juga sih kenapa ada budaya ospek begitu. Mungkin karena orang Indonesia terlalu berbudaya
ada ulasan tentang sejarah OSPEK nih mbak..ternyata udah ada sejak zaman belanda. http://www.kaskus.co.id/thread/52be8822f9ca173d368b4632/sejarah-mos-ospek-di-indonesia
DeleteAku MOS SMP dan SMA maupun ospek perguruan tinggi juga gak pernah dapet yang aneh-aneh banget kayak yang selalu diblow-up media. Yang paling capek tuh malah pas sesi perang yel-yel. Energi habis buat teriak-teriak :D
ReplyDeleteseru dong perang yel-yel hehe
Delete