image by |
Ramadhan, selain bulan berlimpah pahala,
juga bulan panen buat pedagang. Pedagang musiman khusus menjajakan makanan
berbuka menjamur, pedagang kue lebaran, pakaian, sepatu, alat – alat beribadah,
semua menuai rizki yang lebih dibanding hari – hari biasa.
Sebab, sudah menjadi
kebiasaan muslim di Indonesia untuk memeriahkan Ramadhan dengan makan makanan
istimewa dan menyiapkan perlengkapan lebaran berupa makanan dan pakaian. Ada pula
yang memperdagangkan uang baru dengan harga penjualan 10% lebih tinggi
dibanding jumlah uang yang ditukar.
Untuk perdagangan uang, yang saya ketahui
tukar menukar barang sejenis harus sama nilainya. Kalau salah satunya berlebih,
itu sudah terkategori riba. Jual beli uang baru untuk kebutuhan THR ini cukup
saya sayangkan.
By the way, yang ingin saya ceritakan ialah
dua orang teman saya yang sehari – harinya rajin berdagang, namun di Ramadhan
ini justru memilih istirahat dari berdagang. Padahal mereka menjual barang –
barang yang juga dibutuhkan untuk lebaran seperti pakaian dan makanan. Mereka
paham, kalau di bulan Ramadhan omset penjualan biasanya meningkat.
Tapi bulan
Ramadhan itu istimewa, datangnya sekali setahun, bulan diturunkannya al Qur’an
dan bulan dilipatgandakannya pahala dari segala amalan. Inilah yang membuat
mereka berat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di bulan Ramadhan dengan
aktivitas yang tidak berbau ibadah. Inginnya, diri fokus beribadah tanpa
mengurusi kesibukan dunia.
Untuk para lelaki, bekerja adalah
kewajiban. Berarti, bekerja di bulan Ramadhan seperti hari – hari biasa melipatgandakan
pahala mereka. Tetapi, bagi perempuan hukum bekerja itu mubah, tidak berpahala
dan tidak berdosa. Saya sependapat dengan kedua teman saya itu, kalau berdagang
tidak begitu urgen, atau hanya untuk memenuhi pernak pernik lebaran semata,
sebaiknya muslimah lebih memilih istirahat dari aktivitas berdagangnya selama
bulan Ramadhan. Agar berhasil panen pahala. Salam ukhuwah J
0 Comments
Post a Comment