Cewek itu suka yang pasti-pasti saja.
Nggak mau yang neko-neko. Sama persis kayak teman saya yang satu ini. Terjebak
dalam hubungan pacaran, sesungguhnya yang ia dambakan adalah pernikahan. Dia
tahu apa itu pacaran. Kapanpun lelaki itu mau ninggalin dia, bisa. Kalau nikah kan
nggak segampang itu. Meski kini pun banyak pria yang seenaknya ninggalin keluarganya,
namun tetap saja kenyamanan lebih terasa pada hubungan pernikahan. Sebab,pernikahan
diakui Allah Swt.
Hubungan mereka udah hitungan tahun. PDKTnya
udah sejak kelas satu SMA. Jadiankelas tiga, lalu pacaran hingga bertahun tahun
lamanya. Sebenarnya, sejak tamat SMA dia gelisah. Dia ingin cepat dilamar
pujaan hatinya. Tapi si cowok belum siap menikah. Mental belum siap, kantong
apalagi. Gelisah si cewek dijawab dengan janji, “Iya kita nikah kalo tabungan
udah cukup.” Cukupnya kapan? Standar cukupnya berapa tu tabungan? Nggak jelas.
Tahun depan janji ditagih. Si cowok masih bilang, “Iya nanti, tabungannya belum
cukup.”
Janji terus ditagih. Namun jawabannya
adalah janji lagi. Genap sepuluh tahun usia pacaran mereka. Namun janji tak
kunjung dipenuhi. Sepuluh tahun ngumpulin duit buat nikah,sekaligus mereka nabung
dosa. Apalagi pakek acara tunangan segala. Tunangan yang diartikan hubungan
setengah jadi. Mereka berdua merasa lebih leluasa berbuat lebih dari
sebelumnya. Entah seperti apa gaya hubungan mereka. Entah sebebas apa. Entah
dosanya sudah seberapa. Wallahu a’lam.
Kisah ini akan saya sandingan dengan
ta’aruf. Banyak yang masih ngeyel, nikah itu wajib diawali dengan pacaran. “Kan
nggak mungkin beli kucing dalam karung”. Pacaran jadi alasan mengenal pasangan,
dengan tujuan akhir menikah.Tapi toh orang pacaran kebanyakan bukan untuk
menikah dengan si pacar. Tapi hanya coba-coba. Kalo cocok, pada saatnya nanti
lanjut ke pernikahan. Kalo nggak cocok, ya putus. Sementara, mereka menjalani
hubungan dengan sangat erat. Kadang malah melebihi orang yang sudah menikah. Coba,
pasangan suami istri saja jarang terlihat bermesraan saat mengendarai sepeda
motor. Tapi yang lagi pacaran, di sepeda motor posisi mereka rapat kurang
rapat.
Cowok yang lagi pacaran mayoritas
diliputi keraguan melangkah ke jenjang berikutnya. Mereka sekali lagi, dari
awal memang bukan orang yang siap untuk menikah. Mereka anggap hubungan itu mengalir
bagai air, dijalani saja gitu. Mereka menunggu keadaan untuk siap, bukan
menyiapkan diri.
Kalo toh akhirnya jadi menikah, tetap
saja pacaran bukan jalan mengenal pasangan. Kalau sudah kenal, kenapa banyak
dari mereka yang bercerai? Kalau sudah kenal, mengapa masih terkejut dengan
kebiasaan hidup pasangan dan sulit menerimanya? Itu karena yang tampak saat
pacaran bukanlah keadaan sebenarnya. Yang diperlihatkan cenderung yang
baik-baik saja. kalau sudah menikah, baru deh ketahuan. Kalo gitu, buat apa
pacaran?
Kalau pacaran itu konsep barat, ta’aruf
adalah konsep Islam dalam mengenal pasangan. Ta’aruf itu tidak sama dengan
pacaran. Ada orang yang anti Islam menyamarkan, menyebut hubungan pacaran yang
tidak terlalu vulgar sama dengan ta’aruf. Tapi prilaku haram berlabel halal
tetap nggak bisa menghapus hakikat keburukan.
Secara bahasa, ta’aruf artinya mengenal.
Ta’aruf dalam hal ini, adalah mengenal dalam rangka untuk menikah. Kalo dasar
dari pacaran adalah ketertarikan dengan lawan jenis semata, ta’aruf berbeda.
Ta’aruf baru bisa dilakukan saat cowok sudah menyatakan keinginan untuk
menikahi si cewek. Sederhananya,ta’arufdidahului dengan melamar si cewek. Kalo
bahasa arabnya, melamar disebut khitbah.
Jadi, bukan ta’aruf namanya kalau dari
awal si cowoknggakpunya azam(keinginan kuat)untuk segera menikah, nggak pakek
lama. Bukan ta’aruf namanya kalo si cowok nggak nyiapin diribuat bekalhidup
baru. Bukan ta’aruf namanya kalau si cowok belum menyatakan terang-terangan
dengan orangtua si cewek bahwa dia mau anak gadis mereka jadi istrinya.
Bedanya lagi, interaksi antara keduanya. Pacaran
cenderung nggak pakek aturan. Nggak ada cerita tanpa ketemu berduaan. Nggak
mungkin tanpa jalan bareng. Nggak sah tanpa sering teleponan, smsan dan ngomong
pakek sayang-sayangan. Yang diobrolin ngarul ngidul, nggak ada hubungan dengan
cerita pernikahan. Kalo si cewek nyerempet ngomong tentang nikah, si cowok
pasti mendadak pening. Tu dia, belum ada niat dan siap kepelaminan. Pokoknya,yang
sesuai hawa nafsu deh yang dilakukan.
Kalo ta’aruf beda. Interaksinya wajib
syar’i. Ya iyalah. Apa pantas diawal ikut aturan main dari Allah Swt, terus
tahap berikutnya buat aturan sendiri? Nggak lucu dong. Ta’aruf pasca khitbah
jadi jalan saling mengetahui akhlak, karakter dan pribadi masing-masing pihak. Keduanya
harus memastikan apakah si calon pasangan berkepribadian Islam atau tidak.
Apakah halal dan haram jadi standar perbuatannya atau tidak. Bagaimana
perlakukan selama ini kepada orangtua, dan lain-lain. Hal ini untuk menguatkan
hati. Karena seorang muslim sejati,tentu ingin membina keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah dan diberi limpahan berkah oleh Allah Swt.
Cara dapat bocoran tentang itu, bertanya
pada pihak lain yang dipercaya bisa kasih informasi bermutu. Si cowok bisa
tanya ke abang si cewek, paman si cewek, tetangga si cewek dan lain-lain.
Begitu pula dengan si cewek, dia bisa tanya siapapun yang kira-kira bisa kasih
gambaran tentang calon suaminya.
Kalau mereka berdua ngobrol apa nggak
boleh? Boleh. Tapi Allah melarang mereka berduaan saja. Mereka harus disertai
mahram saat bertemu. Hadist terkait sudah disinggung dalam kisah berjudul “Gara-Gara
Gaul Tanpa Batas” di buku ini. Yang dibicarakan harus fokus pada hal yang
berkaitan dengan pernikahan. Seperti, tinggal dimana setelah menikah? Gambaran
rumahtangga seperti apa yang hendak dibangun? Tentang hak dan kewajiban suami
istri, dan lain sebagainya.
Tentang kepastian menikah, baik pacaran
dan ta’aruf sama, tak menjamin hal itu. Ikatan khitbah bukanlah ikatan nikah.
Bila ternyata dalam masa ta’aruf ada yang merasa nggak berkenan, boleh
mengakhiri ta’aruf. Tapi yang satu jalan kebaikan, satunya lagi jalan
keburukan. Yang satu, jalan yang dapat menjaga kehormatan, satunya lagi
menghinakan pelakunya.
Seorang berakal pasti pilih yang
baik-baik. So, kalau kamu udah siap nikah, silahkan lakukan proses Islam menuju
kesana. Kalau belum siap, jangan pernah jalani pacaran. Siapkan diri dulu
dengan menimba ilmu Islam, memperbaiki amal dan berdoa agar diberi jodoh baik
dunia akhirat.
0 Comments
Post a Comment