http://mewarnai.us/ |
Sebenarnya aku tak begitu suka dengan
kucing. Tapi kucing yang ada di rumahku baik. Dia menjaga rumahku dari
tikus-tikus nakal. Dia sangat gesit. Penciumannya tajam. Tikus yang coba iseng
menginjakkan kaki di rumahku, tak berkutik disambar si kucing. Haap, secepat
kilat kucing itu menangkap, lalu menikmati si tikus lezat tanpa sisa.
“Terima kasih ya kucing. Kau memang baik.
Karenamu rumahku terjaga”.
Aku belum menamai kucing di rumahku. Ya
karena itu, aku kurang suka padanya. Tapi, bukan pula aku membencinya. Hanya
tak suka bermain dengannya. Ini masalah trauma masa lalu. Saat dulu aku pernah
dicakar kucing yang sedang ku ajak bermain.
Meski enggan menyentuh atau bermain-main
dengannya, aku senang mengamati pola tingkah kucing itu. Dia kucing betina yang
lucu. Bagi sesamanya dia pasti cantik. Buktinya ada dua kucing jantan yang
sering mendekatinya. Yang satu kucing berbulu belang hitam putih bertubuh agak
kurus.
Yang satunya lagi berwarna abu-abu
bertubuh gemuk. Si jantan belang bertubuh kurus terlihat lebih sering bersama
si kucing betina ketimbang yang satunya. Saat si jantan yang satunya melihat
mereka berduaan, dia mengerang tanda marah. Sesaat kemudian kedua jantan
itu berkejar-kejaran.
Lalu mereka saling serang, memperebutkan
si betina. Di lain hari, si kucing betina terlihat berganti pasangan. Dia enjoy bersama
si jantan bertubuh gemuk. Tak berapa lama kemudian datang si jantang belang.
Kejadian yang pernah terjadi berulang. Mereka berkejar-kejaran, lalu saling
serang memperebutkan si betina.
Aku suka mengatakan, saat si kucing
betina sedang bersama si jantan belang, mereka pacaran. Habis hubungan mereka
memang mirip dengan orang yang sedang pacaran. Mereka tak butuh ikatan
pernikahan untuk bisa dekat.
Saat saling suka, mereka dekat dan bermesraan.
Saat si betina berganti pasangan, aku sebut dia sedang selingkuh. Habis, tak
perlu menikah apalagi berpoligami, dia mudah saja dekat dengan jantan lainnya.
Mirip kan dengan prilaku manusia. Sebenarnya, kucing yang mirip manusia atau
manusia yang mirip kucing ya.
Belajar dari mengamati kucing yang baik
itu, aku jadi prihatin kepada sesamaku. Allah Swt begitu baik. Allah Swt Sang
Pencipta telah telah menganugerahi akal kepada manusia. Dengan akal itu derajat
manusia dilebihkan atas makhluk Allah lainnya.
Jika akal digunakan untuk memahami
ayat-ayat Allah, lalu menggunakannya untuk mengatur kehidupan, saat itulah
mereka menjadi mulia. Saat mereka memenuhi naluri menyukai lawan jenis dengan
aturan kehidupan dari Allah Swt, saat itulah ia pantas menduduki derajat lebih
tinggi dari hewan dan makhluk Allah yang lainnya.
Kalau kucing berhubungan dengan lawan
jenisnya tanpa aturan, itukan wajar. Dia tidak punya akal. Namun sebaliknya,
jika manusia yang berbuat demikian, namanya apa? Mari belajar dari hewan di
sekitar kita. Tak selayaknya aktivitas kehidupan kita sebagai manusia sama
seperti mereka. “Terima kasih kucingku yang baik, atas pelajarannya.”
0 Comments
Post a Comment