Tuesday, April 28, 2015

Remaja Generasi Liberal


Pasca UN, kini pelajar bukan lagi sekedar pesta coret – coret baju sekolah, bagian tubuh  dan rambutnya serta konvoi kendaraan. Luar biasa ekspresif, mereka merayakan lepasnya beban ujian dengan zina massal, telanjang di tengah jalan, tawuran dan sejumlah perbuatan maksiat lainnya. 

Seperti diceritakan dalam situs bonsaibiker.com, Kompas.com dan Detiknews.com tanggal 17 April 2015, di Pematangsiantar remaja pria tak segan pegang bagian tubuh remaja perempuan ketika saat membubuhkan tanda tangan pada acara coret - coretan, di Purwakarta selesai UN siswa langsung tawuran, di Kendal, Jawa Tengah puluhan pelajar tertangkap sedang asyik berbuat mesum di kamar hotel.
Generasi liberal terus berkembang, mencoreng dunia pendidikan. Mereka menjalani hidup seperti air mengalir, tanpa tujuan, tanpa prinsip yang mengarahkan setiap langkah kehidupan. Mereka tidak ingat kalau mereka adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang dimuliakan dengan akal. 

Mereka merasa tak ada campur tangan Allah Swt dalam mengatur hidup mereka. Mereka tidak menyadari adanya hari penghisaban. Mereka menyangka akan hidup selamanya. Sehingga, mereka mengikuti saja kebiasaan buruk yang sudah terlanjur beredar di tengah – tengah mereka. 

Bagi pemuda zaman sekarang, pacaran adalah hal biasa, pergaulan bebas adalah gaya hidup yang keren. Kekerasan dalam bentuk tawuran menjadi ciri khas dari pelajar. Inilah buruk remaja yang tidak kenal jati dirinya. Siapa yang bertanggungjawab?

Kerusakan remaja tak lepas dari penerapan sistem demokrasi yang menyuburkan liberalisasi budaya. Atas nama kebebasan berekspresi, budaya asing tanpa aturan agama dibiarkan. Akhirnya, remaja belajar pergaulan bebas dan kekerasan dari televisi, internet dan media lainnya. 

Ditambah lagi benteng diri remaja memang rapuh, berkaitan dengan jati diri mereka. Keluarga kurang menanamkan keimanan pada diri remaja, sehingga tidak merasa diawasi Allah Swt dalam setiap prilaku mereka. Remaja pun merasa tak perlu terikat dengan aturan Allah Swt.

Sistem demokrasi bertanggungjawab atas dunia pendidikan yang tidak berbobot. Meski diklaim dua kurikulum yang diterapkan saat ini mengupayakan perbaikan karakter dan akhlak pada diri remaja, nyatanya tetap saja mengutamakan nilai akademik sebagai standar keberhasilan. 

Perubahan kurikulum tidak disertai dengan perubahan asas kurikulum pendidikan itu sendiri yaitu sekulerisme. Bila asas dari sistem pendidikan adalah pemisahan agama dari kehidupan, wajar peran agama terpinggirkan sebagai aturan hidup. Porsi agama minim diajarkan di sekolah. 

Akhirnya, remaja tidak kenal jati dirinya sebagai makhluk Allah Swt, tidak tahu bahwa tujuan hidupnya adalah semata beribadah kepada Allah Swt dan setiap perbuatannya akan dipertanggungjawabkan dihadapn Allah di akhirta kelak. Sistem pendidikan telah gagal melahirkan output yang bermoral dan berkepribadian Islam.

Bila prinsip Islam yang jadi kendali internal bagi remaja tidak tertanam dan pengaruh budaya asing yang rusak tidak dicegah, maka akan terus terlahir para remaja generasi liberal. Sudah semestinya sistem demokrasi yang rusak dan merusak diganti dengan sistem Islam, agar terlahir generasi beriman dan bertakwa serta cerdas menyikapi berbagai persoalan kehidupan. Wallahu a’lam bishawab.

0 Comments

Post a Comment