Monday, December 29, 2014

Produk Gagal dari Liberalisme

Picture by www.nahimunkar.com
Lingkungan memiliki magnet yang dapat mempengaruhi diri kita sedemikian rupa. Lingkungan yang baik berdampak baik. Demikian sebaliknya. Meski begitu, tetap ada yang namanya produk gagal. Lingkungan ibarat mesin. 
Ketika ia ingin memproduksi produk A, sedikit darinya pasti gagal berproduksi. Begitulah alamiahnya. Sebagai bukti bahwa makhluk di alam ini adalah lemah. 
Lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara kita saat ini dikepung oleh pengaruh liberalisme. Diantaranya liberalisasi ekonomi. Liberalisasi ekonomi terlihat salah satunya dari kebijakan menaikkan harga BBM sebagai pelaksanaan doktrin ‘pencabutan subsidi’. 
Pencabutan subsisdi merupakan ciri khas dari ideologi kapitalisme neo-liberal. Kebijakan tersebut menandai liberalisasi migas di sektro hilir. Pihak swasta atau asing semakin leluasa bermain dalam bisnis eceran migas khususnya BBM, setelah mereka menguasai sektor hulu. Sebut saja SPBU milik Petronas, Shell dan Total telah eksis di Indonesia. 
Anehnya gejolak penolakan oleh masyarakat terhadap kebijakan tersebut tidak begitu terasa. Masyarakat sepertinya anteng-anteng saja. Berbeda dari reaksi atas kenaikan harga BBM sebelumnya yang memanas hampir di seluruh wilayah. Dalam hal ini media sangat berperan besar. 
Media khususnya TV tidak memblow up besar-besaran setiap aksi penolakan harga BBM. Justru yang ditonjolkan adalah aksi pemerintah menyatakan berbagai alasan agar rakyat menerima keputusan mereka meski rakyat merasakan sengsara karenanya. 
Kedepan, liberalisasi ekonomi akan semakin tampak saat pemberlakuan secara penuh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada Desember 2015. MEA mengharuskan liberalisasi di bidang perdagangan, pasar tenaga kerja, jasa, pertanian, finansial, pasar modal dan investasi. 
Hal itu juga akan diikuti dengan liberalisasi pendidikan, budaya bahkan juga perilaku dan pemikiran. Bukan tidak mungkin prilaku masyarakat nantinya semakin bebas, bergaul bebas dan pemikirannya bebas jauh dari agama. Sosialisasi MEA bukan hanya dilakukan di media. 
Tetapi juga dalam bentuk seminar di kampus-kampus. MEA digambarkan begitu indah dan membawa keuntungan bagi Indonesia. Begitulah, suasana yang dikondisikan sebagai upaya membentuk masyarakat yang pro liberalisme. 
Sebagai muslim, kita harus menjadi produk gagal dari liberalisme yang tidak terpengaruh oleh kata-kata manis pemerintah. Justru kita harus melawan kebijakan zholim itu karena kita tahu fakta yang sebenarnya. Kita harus melawan arus liberalisme karena kita punya Islam yang sempurna, yang mampu mengatasi segala kerusakan yang ada. Wallahu a’lam

0 Comments

Post a Comment