Banjir
yang menggenang itu persis berada di jalan depan rumahku. Kalau teman-teman
melihat spanduk yang dipasang berwarna dasar putih merah, itu spanduk bimbingan
belajar milik keluargaku. Di seberang jalan sana ada sekolah TK dan SD. Jadi
kalau lagi banjir begitu, anak-anak sekolah pada nenteng sepatunya agar bisa
melewati jalan.
Eh tahu gak, di pinggir jalan itu
ada parit yang cukup besar lo. Tapi gak kelihatan kan? Iya, sebab paritnya
sudah rata dengan genangan air banjir. Jadi, bayangin saja kalau ada orang
asing yang lewat dan tidak menyadari ada parit, pasti kecebur. Kejadian itu
pernah terjadi. Suatu malam, sebuah becak motor kecebur ke dalam parit. Bukan
semata-mata karena tidak menyadari ada parit. Tetapi karena ingin menghindari
lubang besar yang menganga di tengah jalan, bertepatan becak motor itu
berpapasan dengan sepeda motor. Keadaan tersebut spontan membuat lupa pak sopir
bahwa ada parit di sana. Atau juga memang panik sehingga tidak pikir panjang
daripada menabrak sepeda motor lebih baik menceburkan diri ke parit. Si bapak
terluka. Dan peristiwa itu terjadi saat banjir.
Banjir
sudah menjadi bagian dari masalah masyarakat. Di Medan khususnya, di Indonesia
pada umumnya. Baru-baru ini di daerah Jakarta terjadi banjir. Di Medan, daerah
sekitar Marelan terjandi banjir. Kalau banjir di sekitar rumahku terjadi karena
luapan air sungai saat terjadi hujan deras. Air sungai meluber ke darat sejak
pengembang sebuah perumahan bernama Villa Harjosari I membangun tembok beton di
sungai kecil yang ada disana. Setelah tembok beton itu di bongkar atas perintah
Walikota Rahudman,banjir pun tidak terjadi lagi. http://sumutpos.co/2013/02/52905/dibongkar-wali-kota-warga-langsung-suka-cita.
Untuk
yang dilakukan Walikota di Garu 3 kita berterima kasih. Tapi bagaimana dengan
wilayah lainnya? Kalau selama ini banyak yang masih menganggap banjir
disebabkan rajinnya warga membuang sampah ke sungai. Kiranya pemikiran kita
dapat lebih berkembang. Bahwa faktor penyebab banjir bukan semata-mata karena
sampah. Lebih dari itu, prilaku para pengembang hunian seperti yang terjadi di
garu 3 bisa menyebabkan banjir. Selain itu para pengembang yang membangun rumah
diatas daerah resapan air dan fasilitas penyedotan air tanah yang disediakan
bagi bangunan apartemen seperti di Jakarta juga menyebabkan banjir. Banjir
sudah terkait masalah sistem.
Banjir
membutuhkan sistem yang tegas dari pemerintahan yang berkualitas untuk mengatur
aktivitas para pengembang perumahan. Banjir juga butuh sistem dan teknologi
canggih untuk mengatasi masalah sampah yang pula menjadi penyebab banjir. Kalau
rezim dan sistem demokrasi tidak mampu, kenapa tidak beralih ke sistem Islam?
0 Comments
Post a Comment