Sunday, December 28, 2014

Banjir Di Depan Rumahku


Banjir yang menggenang itu persis berada di jalan depan rumahku. Kalau teman-teman melihat spanduk yang dipasang berwarna dasar putih merah, itu spanduk bimbingan belajar milik keluargaku. Di seberang jalan sana ada sekolah TK dan SD. Jadi kalau lagi banjir begitu, anak-anak sekolah pada nenteng sepatunya agar bisa melewati jalan.
Eh tahu gak, di pinggir jalan itu ada parit yang cukup besar lo. Tapi gak kelihatan kan? Iya, sebab paritnya sudah rata dengan genangan air banjir. Jadi, bayangin saja kalau ada orang asing yang lewat dan tidak menyadari ada parit, pasti kecebur. Kejadian itu pernah terjadi. Suatu malam, sebuah becak motor kecebur ke dalam parit. Bukan semata-mata karena tidak menyadari ada parit. Tetapi karena ingin menghindari lubang besar yang menganga di tengah jalan, bertepatan becak motor itu berpapasan dengan sepeda motor. Keadaan tersebut spontan membuat lupa pak sopir bahwa ada parit di sana. Atau juga memang panik sehingga tidak pikir panjang daripada menabrak sepeda motor lebih baik menceburkan diri ke parit. Si bapak terluka. Dan peristiwa itu terjadi saat banjir.

Banjir sudah menjadi bagian dari masalah masyarakat. Di Medan khususnya, di Indonesia pada umumnya. Baru-baru ini di daerah Jakarta terjadi banjir. Di Medan, daerah sekitar Marelan terjandi banjir. Kalau banjir di sekitar rumahku terjadi karena luapan air sungai saat terjadi hujan deras. Air sungai meluber ke darat sejak pengembang sebuah perumahan bernama Villa Harjosari I membangun tembok beton di sungai kecil yang ada disana. Setelah tembok beton itu di bongkar atas perintah Walikota Rahudman,banjir pun tidak terjadi lagi. http://sumutpos.co/2013/02/52905/dibongkar-wali-kota-warga-langsung-suka-cita.

Untuk yang dilakukan Walikota di Garu 3 kita berterima kasih. Tapi bagaimana dengan wilayah lainnya? Kalau selama ini banyak yang masih menganggap banjir disebabkan rajinnya warga membuang sampah ke sungai. Kiranya pemikiran kita dapat lebih berkembang. Bahwa faktor penyebab banjir bukan semata-mata karena sampah. Lebih dari itu, prilaku para pengembang hunian seperti yang terjadi di garu 3 bisa menyebabkan banjir. Selain itu para pengembang yang membangun rumah diatas daerah resapan air dan fasilitas penyedotan air tanah yang disediakan bagi bangunan apartemen seperti di Jakarta juga menyebabkan banjir. Banjir sudah terkait masalah sistem.
Banjir membutuhkan sistem yang tegas dari pemerintahan yang berkualitas untuk mengatur aktivitas para pengembang perumahan. Banjir juga butuh sistem dan teknologi canggih untuk mengatasi masalah sampah yang pula menjadi penyebab banjir. Kalau rezim dan sistem demokrasi tidak mampu, kenapa tidak beralih ke sistem Islam?

0 Comments

Post a Comment