Friday, November 14, 2014

Pesan dari Film Lovely Man


Kamu pernah menonton film Lovely Man? Film ini terbilang unik. Ia bercerita tentang seorang lelaki yang memilih “memenuhi panggilan hati”, sehingga berperan dalam kehidupan sebagai perempuan. 
Sebutan akrabnya bencong. Tak sekedar berdandan seperti perempuan. Namun ia menjalani profesi sebagai pelacur. Uniknya lelaki ini sempat dekat lalu jatuh cinta pada seorang wanita. Kedekatan mereka membuahkan seorang anak yang dilahirkan tanpa ikatan pernikahan. Unik ya.
Dan kasihan si anak. Karena, meski si ayah tetap bertanggung jawab secara nafkah lahiriah kepada anaknya, namun anak itu tak mendapatkan sosok ayah dalam hidupnya. Tak memperoleh pula pendidikan dari ayahnya. 
Tapi memang, meski lelaki itu pada akhirnya menikahi perempuan yang telah memberinya anak, lalu mereka tinggal serumah, dalam pandangan Islam itu bukanlah kondisi ideal. Karena Islam memiliki aturan, anak yang lahir dari hasil perzinahan akan putus nasabnya dari ayah. Tak ada saling mewarisi di antara mereka. tak ada hak perwalian bagi si ayah ketika nanti anak perempuannya menikah. Si anak sepenuhnya dibawah tanggungjawab ibu.
Dalam tulisan ini, saya ingin mengurai apa yang menjadi pesan film tersebut. Setiap hal dibuat pasti memiliki tujuan. Demikian dengan film Lovely Man. Pesan yang saya tangkap sebagai inti dari film tersebut adalah saat diakhir cerita lelaki itu berkata kepada anaknya : “Apapun yang Cahaya lakukan dalam hidup, bukan masalah benar salah. 
Tetapi itulah jalan hidup. Cahaya ingat, waktu kecil Cahaya senang dan sering sekali main hujan bersama bapak. Kurang lebih seperti itulah hidup. Bukan lalu kita harus lari dan berteduh dari hujan. Tapi kita menikmati hujan itu.”
Sepertinya ayah Cahaya ingin bilang, bahwa pilihan hidupnya sebagai bencong tidak perlu diberi nilai benar atau salah. Kehidupannya tidak perlu dipermasalahkan. Karena benar salah itu bukan pembahasan yang penting. Yang penting adalah dia menikmati apa yang telah dijalaninya. Masuk akal?
Kalau yang berpendapat itu adalah penganut sekulerisme atau bahkan atheis, mungkin bisa diterima. Tapi kalau yang berpikir demikian adalah seorang muslim, nanti dulu. Islam jelas mengenal istilah benar salah. Dalam Al Qur’an yang benar disebut Haq, dan yang salah disebut bathil. 
Allah mengatakan Al Qur’an itu adalah Furqan (pembeda) antara yang haq dan bathil. Jadi seorang muslim harus menilai segala perbuatannya dengan benar atau salah sesuai standar Al Qur’an dan apa yang juga bersumber dari Allah Swt yaitu Al Hadist.
Kehidupan pria yang digambarkan dalam film Lovely Man tersebut salah menurut standar Islam. Pertama ia melakukan perzinahan yang diharamkan dalam Islam. Kedua, dia menuruti apa yang sering dinamakan orang dengan panggilan hati. 
Padahal sejatinya itu nafsu tak terkendali. Allah tidak mungkin salah menciptakan makhlukNya. Maha Suci Allah dari kelemahan sebagaimana makhluk ciptaanNya. Dalam sebuah hadist dikatakan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang menyerupai wanita, dan para wanita yang menyerupai lelaki. 
Kalaupun ada seorang lelaki terlahir dengan bawaan lemah lembut seperti perempuan, tidak lantas menjadi alasan ia boleh berdandan menyerupai perempuan. Ia tetaplah lelaki yang bisa meneruskan generasi sebagaimana lelaki lainnya.
Terbukti pula bahwa lelaki dalam film Lovely Man bisa jatuh cinta dengan seorang perempuan dan memiliki seorang anak. Jadi dia pasti bisa hidup normal sebagaimana jenis kelamin yang ia miliki.
Saudaraku, jangan pernah tertipu dengan gaya hidup bebas ala liberal sekulerisme. Allah telah memuliakan manusia dengan akal, sehingga ia mampu hidup dengan aturan pemberian Allah Swt. Jangan ikuti langkah-langkah syetan yang ingin kita tersesat dari jalan kebenaran Islam. Walahu a’lam bishawab

0 Comments

Post a Comment