Kamu pernah menonton film
Lovely Man? Film ini terbilang unik. Ia bercerita tentang seorang lelaki yang
memilih “memenuhi panggilan hati”, sehingga berperan dalam kehidupan sebagai
perempuan.
Sebutan akrabnya bencong. Tak sekedar berdandan seperti perempuan.
Namun ia menjalani profesi sebagai pelacur. Uniknya lelaki ini sempat dekat
lalu jatuh cinta pada seorang wanita. Kedekatan mereka membuahkan seorang anak
yang dilahirkan tanpa ikatan pernikahan. Unik ya.
Dan kasihan si anak.
Karena, meski si ayah tetap bertanggung jawab secara nafkah lahiriah kepada
anaknya, namun anak itu tak mendapatkan sosok ayah dalam hidupnya. Tak memperoleh
pula pendidikan dari ayahnya.
Tapi memang, meski lelaki itu pada akhirnya
menikahi perempuan yang telah memberinya anak, lalu mereka tinggal serumah,
dalam pandangan Islam itu bukanlah kondisi ideal. Karena Islam memiliki aturan,
anak yang lahir dari hasil perzinahan akan putus nasabnya dari ayah. Tak ada
saling mewarisi di antara mereka. tak ada hak perwalian bagi si ayah ketika
nanti anak perempuannya menikah. Si anak sepenuhnya dibawah tanggungjawab ibu.
Dalam tulisan ini, saya
ingin mengurai apa yang menjadi pesan film tersebut. Setiap hal dibuat pasti
memiliki tujuan. Demikian dengan film Lovely Man. Pesan yang saya tangkap
sebagai inti dari film tersebut adalah saat diakhir cerita lelaki itu berkata
kepada anaknya : “Apapun yang Cahaya lakukan dalam hidup, bukan masalah benar
salah.
Tetapi itulah jalan hidup. Cahaya ingat, waktu kecil Cahaya senang dan
sering sekali main hujan bersama bapak. Kurang lebih seperti itulah hidup.
Bukan lalu kita harus lari dan berteduh dari hujan. Tapi kita menikmati hujan
itu.”
Sepertinya ayah Cahaya
ingin bilang, bahwa pilihan hidupnya sebagai bencong tidak perlu diberi nilai
benar atau salah. Kehidupannya tidak perlu dipermasalahkan. Karena benar salah
itu bukan pembahasan yang penting. Yang penting adalah dia menikmati apa yang
telah dijalaninya. Masuk akal?
Kalau yang berpendapat
itu adalah penganut sekulerisme atau bahkan atheis, mungkin bisa diterima. Tapi
kalau yang berpikir demikian adalah seorang muslim, nanti dulu. Islam jelas
mengenal istilah benar salah. Dalam Al Qur’an yang benar disebut Haq, dan
yang salah disebut bathil.
Allah mengatakan Al Qur’an itu adalah Furqan
(pembeda) antara yang haq dan bathil. Jadi seorang muslim harus menilai segala
perbuatannya dengan benar atau salah sesuai standar Al Qur’an dan apa yang juga
bersumber dari Allah Swt yaitu Al Hadist.
Kehidupan pria yang
digambarkan dalam film Lovely Man tersebut salah menurut standar Islam. Pertama
ia melakukan perzinahan yang diharamkan dalam Islam. Kedua, dia menuruti apa
yang sering dinamakan orang dengan panggilan hati.
Padahal sejatinya itu nafsu
tak terkendali. Allah tidak mungkin salah menciptakan makhlukNya. Maha Suci
Allah dari kelemahan sebagaimana makhluk ciptaanNya. Dalam sebuah hadist
dikatakan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang
menyerupai wanita, dan para wanita yang menyerupai lelaki.
Kalaupun ada seorang
lelaki terlahir dengan bawaan lemah lembut seperti perempuan, tidak lantas
menjadi alasan ia boleh berdandan menyerupai perempuan. Ia tetaplah lelaki yang
bisa meneruskan generasi sebagaimana lelaki lainnya.
Terbukti pula bahwa lelaki
dalam film Lovely Man bisa jatuh cinta dengan seorang perempuan dan memiliki
seorang anak. Jadi dia pasti bisa hidup normal sebagaimana jenis kelamin yang
ia miliki.
Saudaraku, jangan pernah
tertipu dengan gaya hidup bebas ala liberal sekulerisme. Allah telah memuliakan
manusia dengan akal, sehingga ia mampu hidup dengan aturan pemberian Allah Swt.
Jangan ikuti langkah-langkah syetan yang ingin kita tersesat dari jalan
kebenaran Islam. Walahu a’lam bishawab
0 Comments
Post a Comment