Banyak orang yang mencita-citakan
kesuksesan. Sukses dalam arti meraih harta melimpah dan pekerjaan berkelas.
Salah satu keuntungan sukses model ini ialah terpandang di mata manusia.
Berhubung secara alamiahnya manusia memang suka dihargai dan dihormati, alhasil
apa yang dapat membuatnya berharga dimata orang lain akan dikejar terus sampai
dapat. Kalau sudah seperti itu manusia jadi rentan sekali menggunakan cara-cara
tidak sehat untuk meraih sukses.
Disela-sela obrolan bersama kenalan, ia
bercerita bahwa ia berencana mendaftarkan anaknya menjadi tentara. Tak
tanggung-tanggung ia harus mengeluarkan biaya puluhan juta untuk bisa menjamin
anaknya lolos dalam tes masuk. Loh kenapa mendaftar jadi tentara kok bayar?
Kalau urusan ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Terlalu banyak oknum di
instansi terkait yang bermain diranah jual beli kesempatan menduduki karir
sebagai tentara. Termasuk juga menjadi polisi dan pegawai negeri lain ada
calonya. Seperti sudah menjadi kebudayaan di Indonesia. Saya juga punya pengalaman
melamar menjadi PNS. Saat itu di luar bangunan kantor tersebut terpasang
spanduk berukuran besar bertuliskan kalimat yang kira-kira maksudnya tidak
dibenarkan ada praktek suap menyuap dalam kepengurusan lamaran kerja PNS
(redaksi aslinya saya lupa). Namun lucunya tepat dibawah spanduk itu ada dua
pihak yang sedang bertransaksi memuluskan seseorang menjadi PNS.
Kembali pada cerita kenalan saya tadi.
Saya bertanya kepadanya kenapa mau bayar begitu besar untuk memasukkan anaknya
menjadi tentara. Bukankah lebih baik uangnya dibuat modal usaha si pemuda saja
. Usaha grosir misalnya. Anaknya sudah langsung bisa jadi bos. Tinggal
memerintah anak buah untuk bekerja dan sang anak tinggal mengutip hasil dan
menghitung berapa banyak penghasilan yang sudah didapat. Ditambah lagi sogok
menyogok itu perbuatan haram. Sudah pasti menuai dosan.
Namun apa jawab si ibu. “Kalau gak
gitu anakku gak sukseslah”. Nah tuh alasannya, ingin
sukses. Padahal menjadi pemilik usaha grosir kan bisa kaya juga. Bisa
sukses juga. Halal lagi karena tidak ada aktivitas sogok menyogok. Tapi rupanya
bagi kenalan saya itu, profesi tentara lebih dipandang berharga daripada
wirausaha. Lebih nyata pula jaminannya. Ada pensiun yang bisa dibanggakan pada
orang lain. Lalu ia memilih mengikuti persepsi kebanyakan orang bahwa lolos
pegawai negeri sulit kalau tidak dibantu dengan sejumlah uang.
Sebenarnya Islam tidak melarang untuk
kaya atau memiliki karir yang baik dimata manusia. Hanya saja banyak hal yang
perlu diperhatikan. Pertama, jangan jadikan dunia sebagai tujuan. Al Qur’an
sudah jelas membimbing kita untuk menjadikan tujuan hidup itu hanya satu yaitu
beribadah kepada Allah. Ibadah yang artinya menyandarkan segala perbuatan
berdasarkan perintah dan laranganNya. Jadi kalau ingin kaya didunia harus
memperhatikan aturan Allah. Maka niatkan harta di dunia ataupun jabatan sebagai
sarana mempermudah ketaatan pada Allah. Naik haji kan butuh uang.
Bersedekah juga butuh uang. Memang orang kaya lebih mudah berbuat baik dengan
hartanya daripada orang miskin.
Kedua, perhatikan caranya. Allah
menetapkan sejumlah cara yang halal untuk memiliki harta. Seperti bekerja,
diberi hadiah, mendapat warisan dan lain sebagainya. Lalu dalam mendapatkan
pekerjaan dilarang untuk melakukan praktek suap menyuap. Cara mengeluarkan
harta pun harus diperhatikan. Harta hanya boleh dikeluarkan di jalan Allah.
Tidak boleh boros, berfoya-foya apalagi membeli barang haram.
Ketiga, berharaplah hanya pada Allah.
Jangan letakkan penghargaan tertinggi bagi diri kita hanya dari manusia.
Manusia itu bukan apa-apa. Tak mampu memberikan apa-apa melebihi Allah Swt.
Berharaplah ridha Allah jangan ridha manusia. Karena kalau Allah ridha kita
akan mendapat pahalaNya, syurgaNya.
Membuang pemahaman buruk seburuk sukses
dalam arti mendapatkan dunia memang tidak mudah. Sebab masyarakat memilikinya
secara berjamaah. Artinya banyak sekali yang berpendapat sama. Tapi kalau kita
menghendaki perubahan yang baik, memang harus bermental kuat dan
bersungguh-sungguh belajar Islam tiada henti. Hingga pemikiran kita dapat
kembali murni dengan Islam.
0 Comments
Post a Comment