Wednesday, September 10, 2014

Agar Sukses Tak Sekedar Dunia

Banyak orang yang mencita-citakan kesuksesan. Sukses dalam arti meraih harta melimpah dan pekerjaan berkelas. Salah satu keuntungan sukses model ini ialah terpandang di mata manusia. Berhubung secara alamiahnya manusia memang suka dihargai dan dihormati, alhasil apa yang dapat membuatnya berharga dimata orang lain akan dikejar terus sampai dapat. Kalau sudah seperti itu manusia jadi rentan sekali menggunakan cara-cara tidak sehat untuk meraih sukses.

Picture by satriyadiwibowo.wordpress.com 

Disela-sela obrolan bersama kenalan, ia bercerita bahwa ia berencana mendaftarkan anaknya menjadi tentara. Tak tanggung-tanggung ia harus mengeluarkan biaya puluhan juta untuk bisa menjamin anaknya lolos dalam tes masuk. Loh kenapa mendaftar jadi tentara kok bayar? Kalau urusan ini sebenarnya sudah menjadi rahasia umum. Terlalu banyak oknum di instansi terkait yang bermain diranah jual beli kesempatan menduduki karir sebagai tentara. Termasuk juga menjadi polisi dan pegawai negeri lain ada calonya. Seperti sudah menjadi kebudayaan di Indonesia. Saya juga punya pengalaman melamar menjadi PNS. Saat itu di luar bangunan kantor tersebut terpasang spanduk berukuran besar bertuliskan kalimat yang kira-kira maksudnya tidak dibenarkan ada praktek suap menyuap dalam kepengurusan lamaran kerja PNS (redaksi aslinya saya lupa). Namun lucunya tepat dibawah spanduk itu ada dua pihak yang sedang bertransaksi memuluskan seseorang menjadi PNS.

Kembali pada cerita kenalan saya tadi. Saya bertanya kepadanya kenapa mau bayar begitu besar untuk memasukkan anaknya menjadi tentara. Bukankah lebih baik uangnya dibuat modal usaha si pemuda saja . Usaha grosir misalnya. Anaknya sudah langsung bisa jadi bos. Tinggal memerintah anak buah untuk bekerja dan sang anak tinggal mengutip hasil dan menghitung berapa banyak penghasilan yang sudah didapat. Ditambah lagi sogok menyogok itu perbuatan haram. Sudah pasti menuai dosan.
Namun apa jawab si ibu. “Kalau gak gitu anakku gak sukseslah”. Nah tuh alasannya, ingin sukses. Padahal menjadi pemilik usaha grosir kan bisa kaya juga. Bisa sukses juga. Halal lagi karena tidak ada aktivitas sogok menyogok. Tapi rupanya bagi kenalan saya itu, profesi tentara lebih dipandang berharga daripada wirausaha. Lebih nyata pula jaminannya. Ada pensiun yang bisa dibanggakan pada orang lain. Lalu ia memilih mengikuti persepsi kebanyakan orang bahwa lolos pegawai negeri sulit kalau tidak dibantu dengan sejumlah uang.
Sebenarnya Islam tidak melarang untuk kaya atau memiliki karir yang baik dimata manusia. Hanya saja banyak hal yang perlu diperhatikan. Pertama, jangan jadikan dunia sebagai tujuan. Al Qur’an sudah jelas membimbing kita untuk menjadikan tujuan hidup itu hanya satu yaitu beribadah kepada Allah. Ibadah yang artinya menyandarkan segala perbuatan berdasarkan perintah dan laranganNya. Jadi kalau ingin kaya didunia harus memperhatikan aturan Allah. Maka niatkan harta di dunia ataupun jabatan sebagai sarana mempermudah ketaatan pada Allah. Naik haji kan butuh uang. Bersedekah juga butuh uang. Memang orang kaya lebih mudah berbuat baik dengan hartanya daripada orang miskin.
Kedua, perhatikan caranya. Allah menetapkan sejumlah cara yang halal untuk memiliki harta. Seperti bekerja, diberi hadiah, mendapat warisan dan lain sebagainya. Lalu dalam mendapatkan pekerjaan dilarang untuk melakukan praktek suap menyuap. Cara mengeluarkan harta pun harus diperhatikan. Harta hanya boleh dikeluarkan di jalan Allah. Tidak boleh boros, berfoya-foya apalagi membeli barang haram.
Ketiga, berharaplah hanya pada Allah. Jangan letakkan penghargaan tertinggi bagi diri kita hanya dari manusia. Manusia itu bukan apa-apa. Tak mampu memberikan apa-apa melebihi Allah Swt. Berharaplah ridha Allah jangan ridha manusia. Karena kalau Allah ridha kita akan mendapat pahalaNya, syurgaNya.
Membuang pemahaman buruk seburuk sukses dalam arti mendapatkan dunia memang tidak mudah. Sebab masyarakat memilikinya secara berjamaah. Artinya banyak sekali yang berpendapat sama. Tapi kalau kita menghendaki perubahan yang baik, memang harus bermental kuat dan bersungguh-sungguh belajar Islam tiada henti. Hingga pemikiran kita dapat kembali murni dengan Islam.

0 Comments

Post a Comment