Picture by me |
Muslimah Di Rumah
Syariat
Islam begitu sempurna. Dengannya Allah SWT mengatur kehidupan muslimah
sedemikian rupa hingga ia mampu berperan aktif dimana saja ia berada. Muslimah
shalehah dambaan keluarga. Ia adalah anak yang taat kepada orangtuanya.
Bukan
ketaatan buta. Tetapi ketaatan karena Allah SWT. Ia pun senantiasa saling
menjaga dalam ketaatan dengan seluruh anggota keluarga. Amar ma’ruf nahi munkar
harus dimulai dari rumah.
Karena dalam Al qur’an surat At Tahrim ayat 6 Allah
SWT mengatakan : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…”.
Muslimah
adalah “ratu” di rumah suaminya. Ia berhak mengurus rumahtangganya senyaman
yang ia suka. Ia berhak mendidik anak-anaknya dengan pola didik Ilahiyah. Ia
penyemangat suami, penentram hati para anggota keluarga dikala mereka butuh
sandaran.
Ia akan meraih pahala sebesar-besarnya dari Allah SWT atas
tanggungjawab berat tersebut. Dengan imbalan pahala dan ridhaNya tidak ada yang
terasa berat. Tiada keluh kesah dalam menjalani tiap amanah. Batasan syariah
menjadikan kehidupan muslimah tertata dengan indah. Itulah muslimah sang ibu
dan pengatur rumahtangga.
Muslimah Di Masyarakat
Muslimah
sama halnya dengan lelaki muslim memiliki peluang untuk berperan di masyarakat.
Hari ini, eksis di luar rumah bagi perempuan dimaknai sesuai cara pandangan
sekuler barat oleh masyarakat.
Feminisme memandang pria dan wanita harus setara
kedudukannya di ranah publik. Itu diartikan, jika pria mampu bekerja dengan
gaji yang besar dan pangkat yang tinggi, harus demikian dengan wanita.
Jika
pria bisa menjadi pemimpin dalam pemerintahan, wanita pun harus mendapat
kesempatan yang sama. Jadilah para wanita menyalahi fitrahnya. Mengejar
eksistensi, bekerja diluar rumah dan meninggalkan tugasnya dirumah sebagai
pendidik dan pengatur rumah tangga. Peran domestik tersebut dianggap rendah.
Lain
halnya dengan muslimah. Islam memperbolehkan muslimah beraktivitas diluar
rumah. Bukan sekedar untuk unjuk diri, eksis di dunia kerja. Namun untuk
melaksanakan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar.
Terutama dalam kondisi saat ini,
dimana Islam membutuhkan para pejuang tangguh guna membangkitkan Islam dan
umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat
104:
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. ”Kalamullah itu jelas diperuntukkan bagi kaum
muslimin baik pria atau wanita. Mereka sama-sama berkewajiban bergabung dalam
jamaah demi perjuangan Islam.
Muslimah
harus selalu membekali dirinya dengan kekuatan akidah dan tsaqofah-tsaqofah
Islam. Sebab masyarakat perlu gambaran jelas tentang pelaksanaan Islam secara
kaffah yang realitanya belum ada dihadapan mereka.
Terlebih daya pikir kaum
muslim berusaha terus ditumpulkan oleh budaya-budaya dari ideologi kapitalis.
Tidak ada waktu untuk diam, tidak ada waktu untuk menunggu. Sebaliknya kaum
muslimin keseluruhan harus terus menerus melakukan gerak-gerak terarah demi
tegaknya dinul Islam.
Manusia yang beruntung adalah manusia yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya.
ReplyDelete